Distribusi Pupuk Masih Melibatkan TNI
Seluruhnya terpantau di Aplikasi Simpi, kemudian pendistribusiannya tetap melibatkan TNI
Bupati juga minta para camat menyampaikan agar petani yang telah mendapatkan kartu tani, untuk melakukan pembelian pupuk bersubsidi dengan menggunakan kartu tani pada KPL yang telah ditunjuk.
Polda NTB Kumpulkan Data Pemotongan Jatah Benih Bawang Putih
Tampilan sayuran yang segar, bersih, plus sehat membuat para ibu tertarik untuk membeli. Saat ini produk sayuran dengan kriteria tersebut bisa didapatkan dengan harga “ramah” berkat teknologi remediasi melalui pemanfaatan limbah pertanian.
Untuk mendorong praktek pertanian ramah lingkungan, Balai Penelitian Lingkungan Pertanian (Balingtan), Badan Litbang Pertanian mengembangkan Pupuk Lambat Urai (PLU) agar pupuk terurai ke tanah secara perlahan-lahan. Pemanfaatan PLU menyebabkan serapan nitrogen (N) oleh tanaman meningkat, disertai produksi yang juga meningkat. Di sisi lain, kehilangan pupuk N dapat dihambat.
Keresahan soal sampah itulah yang juga dirasakan sekitar tahun 2005 silam. Dengan situasi wilayah Wangon yang semakin padat, sampah menjadi permasalahan lingkungan permukiman. Maka dengan pengetahuan dan pengalaman membuat pupuk organik itulah ia nekat menampung sampah rumah tangga dari tiga RT di lingkungannya.
Selama ini, pupuk terus menjadi persoalan bagi para petani yang bercocok tanam, di samping benih, irigasi, dan anjlognya harga gabah di waktu panen raya. Selain langka, pupuk urea yang jatuh ke tangan petani sering kali dinilai mahal meski sudah disubsidi pemerintah. Sebenarnya para petani bisa menyiasati persoalan pupuk kimia itu dengan kembali pada pola tanam zaman dahulu. Yakni dengan menggunakan pupuk kandang (kotoran hewan) atau pupuk kompos (sisa tanaman/dedaunan). Seperti halnya yang dilakukan tim pengabdian masyarakat Universitas Slamet Riyadi (Unisri) Solo yang melakukan pengabdian dalam produksi pupuk kompos pada para petani di Desa Batusari Kecamatan Manyaran Kabupaten Wonogiri, beberapa waktu lalu.
Selama ini, pupuk terus menjadi persoalan bagi para petani yang bercocok tanam, di samping benih, irigasi, dan anjlognya harga gabah diwaktu panen raya. Selain langka, pupuk urea yang jatuh ke tangan petani sering kali dinilai mahal meski sudah disubsidi pemerintah.
Tim KKN II Universitas Diponegoro (Undip) Semarang, mengampanyekan pembuatan dan penggunaan pupuk kompos kepada masyarakat. Mereka memraktikan langsung pembuatan pupuk dari kotoran sapi tersebut.