SEMARANG - Menyambut Ramadan, event dugderan di Semarang kembali digelar. Di pasar rakyat ini pengunjung bisa bernostalgia dengan masa kecil. Salah satu mainan khas yang banyak dijual adalah kapal otok-otok. Mulai pekan ini, puluhan pedagang kapal otok-otok sudah banyak terlihat di sepanjang Jl Soekarno-Hatta, tepatnya pintu relokasi pasar Johar kawasan dekat MAJT.
Bagi warga Semarang yang lahir 1960-1980-an, pasti memiliki kenangan tersendiri terhadap mainan itu. Apalagi, saat itu gadgetbelum menyita perhatian seperti sekarang. Maka, belum lengkap rasanya, ketika anak-anak masa itu tidak pulang membawa kapal otok-otok usai jalan-jalan di lokasi dudgeran yang dulu digelar di alun-alun kota Semarang, tepatnya depan Masjid Kauman.
Mainan itu merupakan miniatur kapal yang terbuat dari seng dan bisa digerakkan dangan menyalakan sumbu yang ada di dalam kapal. Cara kerjanya juga memiliki unsur edukasi, yakni memanfaatkan tekanan uap air yang dihasilkan dari pembakaran dalam kapal. Pembakaran berasal dari api kecil dengan bahan kapas dan minyak goreng yang dimasukkan kedalam bagian kapal. Api ini mengakibatkan perbedaan suhu pada knalpot yang membuat keluar masuknya air melalui pipa knalpot sehingga dapat menggerakkan kapal. Kemudian, muncul bunyi dari knalpot sehingga disebut kapal otok-otok. Kini, harga mainan tersebut mulai Rp 15 ribu untuk ukuran kecil dan Rp 20 ribu untuk kapal yang dihiasi layar.