Kemunculan tagar #2019Ganti- Presiden memancing reaksi dari kubu yang berseberangan. Pihak yang mendukung dua periode masa jabatan Presiden Joko Widodo, yang menggunakan tagar #DiaSibuk- Kerja, berusaha mengimbangi kemarakan tagar yang pertama. Dan, sebagaimana gampang diperkirakan, perang tagar ini akhirnya memanas dan menimbulkan gesekan. Pada momen Car Free Day di Jakarta, Ahad lalu, muncul intimidasi di antara dua kelompok itu.
Sejatinya, perang tagar ini wajar di tahun politik. Konstitusi kita juga menjamin kebebasan berekspresi dan menyuarakan aspirasi atau afiliasi politik bagi setiap warga negara. Era demokrasi memungkinkan terjadi pengelompokan aspirasi dan masing-masing kelompok berusaha memengaruhi kelompok yang lain. Hanya saja, masing-masing kelompok yang berseberangan perlu mengendalikan diri. Jangan sampai lepas emosi dan membiarkan sentimen meluas.
Setiap orang boleh saja menyuarakan aspirasi lewat berbagai sarana, baik yang tertutup maupun yang terbuka di ruang publik. Tagar merupakan sarana sosialisasi politik di media sosial yang sedang populer. Tagar adalah bagian dari semiotika yang mengekspresikan tanda, simbol, dan makna tertentu. Kita semua tahu apa yang terkandung dalam tagar #2019GantiPresiden. Simbol ini telah mengalami komodifikasi ketika ditampilkan di kaus atau produk lain.