IRAN atau kekuatan proksinya masih melancarkan serangan lanjutan ke basis-basis politik maupun militer AS di Timur Tengah. Menyusul serangan ofensif terhadap pangkalan militer AS di Ain al-Asad, dan Arbil, Irak. Puluhan rudal ditembakkan ke basis militer Ain al-Asad yang menampung 1.500 tentara AS dengan persenjataan lengkap itu. Iran mengklaim, ofensif balasan atas kematian Jenderal Soleimani ini, berjalan sukses. Mereka bahkan sempat mengklaim serangan tersebut mengakibatkan 80 tentara AS tewas kendati konfirmasi media-media kredibel hanya belasan yang luka. Pemimpin tertinggi politik dan spiritual Iran, Ayatollah Ali Khemenei menyebut, Iran telah menampar muka AS di Timur Tengah.
Kekhawatiran dunia segera membuncah atas eskalasi di Timur Tengah itu. Para pemimpin dan masyarakat dunia khawatir, eskalasi itu akan mendorong pada deklarasi perang besar Amerika Serikat dan sekutu-sekutunya melawan Iran dan jaringan Syiah di seluruh kawasan, jika AS kembali melancarkan aksi balasan.
Faktanya, respon Presiden Donald Trump benar-benar di luar dugaan. Trump dalam pidatonya di Gedung Putih tampak menginginkan calling down bahkan ketika kawasan kedutaan AS beberapa kali kembali diserang. Ia tak menarik ucapannya yang menyatakan tak akan kembali membalas secara militer atas ofensif berani Iran itu, meski mengklaim memiliki kapasitas militer terbaik di dunia. Padahal, Trump sebelumnya sangat garang dalam mengancam Iran jika sampai berani melakukan serangan. Sedikit aneh bahkan ia sempat mengatakan semuanya berjalan sesuai dengan yang diharapkan.
Mengapa AS tampak terus melunak terhadap sikap garang Iran, padahal serangan demi serangan terus dilancarkan oleh Iran atau proksinya? Kejanggalan ini memantik spekulasi tak sedap di dunia maya. Misalnya, Faisal Qasem, pembawa acara al- Ittijah al-Muíakisdi Aljazeera, dalam situs resmi pribadinya, menyebut serangan itu sebagai pertarungan komedian. Cuitan tokoh popular ini kemudian memperoleh tanggapan luas dari publik Timur Tengah. Di antara tanggapan sinis di media sosial itu mengatakan, ‘’80 tentara AS mati karena tertawa terbahak-bahak’’. Maklum, ia adalah host kritis dengan 5,5 juta pengikut di Twitter saja. Penulis, aktif mengikuti acara yang dibawakannya sejak lama. Sosok ini jika dibandingkan dengan pembawapembawa acara terkenal di Tanah Air adalah gabungan antara Najwa Shihab yang cerdas dan cetar, dengan Karni Ilyas yang menukik dan dalam. Sempat diwartakan pula oleh Arabi Post, bahwa tentara AS diperintahkan keluar dari pangkalan itu sejam sebelum serangan. Tak mudah memperoleh konfirmasi atas berita-berita ini di media-media besar kredibel.
Realistis