Lontong Cap Go Meh Simbol Pembauran dan Kerukunan

- Senin, 6 Februari 2023 | 18:23 WIB
Ketua Yayasan Khong Kauw Hwee, Wong Aman Gautama dalam acara makan lontong Cap Go Meh bersama-sama Murid Kuncup Melati di Aula Sekolah Kuncup Melati, Jl Gang Lombok, Senin (6/2/2023) (SM/Simon Dodit)
Ketua Yayasan Khong Kauw Hwee, Wong Aman Gautama dalam acara makan lontong Cap Go Meh bersama-sama Murid Kuncup Melati di Aula Sekolah Kuncup Melati, Jl Gang Lombok, Senin (6/2/2023) (SM/Simon Dodit)

SEMARANG,suaramerdeka.com - Setelah hampir dua tahun tidak makan bersama lontong Cap Go Meh dan menerima angpao, karena Pandemi Covid-19.

Akhirnya, ratusan murid Sekolah Kuncup Melati bisa bersama-sama lagi makan lontong Cap Go Meh dan menerima angpao dari Pengurus Yayasan Khong Kauw Hwee.

''Lebih dari dua tahun para murid, tenaga pendidik dan guru tidak bisa menikmati bersama lontong Cap Go Meh,''

Baca Juga: Punya Aglonema dan Sirih Gading di Rumah ? Keberuntungan dan Rezeki Datang Hati Menjadi Senang

''Selama Pandemi yayasan meniadakan makan bersama. Tapi tetap membagikan angpao,'' kata Ketua Yayasan Khong Kauw Hwee, Wong Aman Gautama, Senin (6/2/2023).

Disampaikannya dalam acara makan bersama lontong di Aula Sekolah Kuncup Melati, Jl Gang Lombok.

Menurut Aman, sajian lontong ini biasanya disajikan menandai hari ke-15 atau Cap Go Meh, hari terakhir dalam masa perayaan Tahun Baru Imlek.

Baca Juga: Menghitung Ramalan Weton Senin Pon, 6 Februari 2023, Karier, Cinta, dan Pekerjaan yang Cocok, Jadi Artis ?

Biasanya Cap Go Meh dirayakan dengan jamuan besar dan berbagai kegiatan salah satunya dengan menyantap sajian lontong itu.

''Lontong Cap Go Meh ini makanan perpaduan dari Indonesia dan Tiongkok yang sudah turun temurun dilaksanakan,''

''Ada filosofi dari lontong Cap Go Meh yang berisi opor ayam, sayur lodeh, sambal goreng rempela ati, telur, dan bubuk kedelai,'' katanya.

Baca Juga: 13 Tanda Makhluk Gaib Ada di Tempat Angker, Nomor 10 Sering Tidak Disadari, Jangan Takut Cukup Lakukan Ini

Lebih lanjut dijelaskan Aman, dengan bersama-sama makan lontong dengan lauk perpaduan antara tradisional Jawa dan Tionghoa.

Hal ini menjadi simbol pembauran dari nenek moyang dan meneruskan tradisi yang bertujuan untuk menjalin kebersamaan dan mempererat persaudaraan antar masyarakat.

Halaman:

Editor: Hendra Setiawan

Tags

Artikel Terkait

Terkini

X