SEMARANG, suaramerdeka.com - Sebanyak 2.070 orang Mahasiswa baru Universitas PGRI Semarang (UPGRIS) berhasil mencatatkan rekor dalam Lembaga Prestasi Indonesia Dunia (Leprid) dengan kegiatan ''Membuat dan Memainkan Dakon dari Barang Bekas oleh Peserta Terbanyak''.
Pencapaian rekor tersebut dilakukan di lapangan kampus IV Jl Gajah Raya Semarang, Rabu (19/9). Penyerahan sertifikat rekor dilakukan oleh Direktur Lembaga Prestasi Indonesia Dunia (Leprid) Paulus Pangka kepada Rektor UPGRIS Dr Muhdi SH Mhum dan Presiden BEM UPGRIS Dimas Zulfikar Faiz.
Paulus Pangka menjelaskan, gagasan membuat dan memainkan dakon terbanyak baru kali ini terselenggara dan yang lebih menarik Leprid untuk memberikan rekor adalah dakon terbuat dari barang bekas.
''Para mahasiswa menggunakan bekas air mineral dan kardus bekas menjadi arena bermain dakon. Ini merupakan rekor baru dan unik, terlebih jumlah peserta mencapai 2070 orang,'' ungkap Paulus.
Ia menambahkan, penghargaan diberikan kepada Rektor sebagai inisiator dan BEM UPGRIS sebagai pemrakarsa dan penyelenggara. ''Leprid sangat mendukung kegiatan-kegiatan yang memanfaatkan media barang bekas untuk dapat dijadikan sesuatu yang bermanfaat,'' ungkap Paulus.
Sementara Muhdi menjelaskan pentingnya menjaga kearifan lokal, yang kali ini berupa permainan tradisi. Dakon juga sudah banyak ditinggalkan, padahal permainan ini cukup sederhana dan lebih memasyarakat.
''Saya kira kita perlu mengangkat kembali permainan tradisional agar lebih banyak dikenali oleh generasi milenial. Ini penting agar nilai kearifan lokal pada permainan tradisi tidak lekas punah. Apalagi kali ini pembuatan dakon menggunakan barag-barang bekas. Ini sangat mengedukasi,'' ungkap Muhdi.
Ia menyebutkan penghargaan ini merupakan rekor yang kedua kalinya yang diraih UPGRIS dan berada pada urutan rekor ke 393 dengan Kriteria Superlatif. Prestasi rekor pertama yang berhasil di ciptakan yaitu Permainan Sains dan Coding untuk Anak Usia Dini Terbanyak, 750 Anak TK pada 27 April 2018 lalu.
Muhdi menambahkan prestasi ini merupakan tradisi yang selalu diraih setiap mahasiswa baru setiap tahunnya. ''Kegiatan ini sesuai dengan visi dari UPGRIS yang ingin terus melestarikan budaya dan mempertahankan tradisi masyarakat,'' jelasnya.
Menurut dia inisiatif dari mahasiswa permainan ini dengan mengolah dari barang bekas diharapkan dapat menginspirasi anak-anak. ''Jadi tidak perlu mengeluarkan uang untuk membuatnya,'' jelasnya.
Presiden BEM UPGRIS Dimas Zulfikar Faiz mengemukakan dakon adalah permaian yang mengingatkan pada masa kecil. Dalam permainan ini ada nilai filosofis yang mengartikan perlunya berbagi. ''Dakon memberi pemahaman bagi kita bahwa berbagi itu bisa kepada saja, termasuk kepada ''musuh'', yang dalam permaianan dakon berarti lawan main,'' jelas dia.
Dalam kegiatan tersebut para mahasiswa terlihat bersemangat untuk mengkreasi barang-barang bekas seperti kertas bekas, kardus, bekas botol air mineral, hingga potongan kayu sisa-sisa. Mereka menggunting, mengelem, mengecat, hingga mempercantik dakon mereka dengan pelbagai kertas warna-warni.