SEMARANG, suaramerdeka.com - Ratusan umat dari berbagai kota di Jateng dan Jakarta mendatangi Tempat Ibadah Tri Dharma (TITD), Kelenteng Thay Siong Kiong, di Jl Taman Hasanudin Semarang untuk mengikuti ritual Cisuwak atau upacara tolak bala, Sabtu (11/8). Selain upacara tolak bala, umat juga memperingati hari ulang tahun Dewa Thay Shang Lauw Tjin yang ada di kelenteng tersebut.
''Ritual Cisuwak ini dilakukan setiap tahun sekali pada bulan tujuh penanggalan Imlek, atau jatuh Sabtu (11/8) pada kalender nasional. Ritual ini bertujuan untuk menolak bala atau sial bagi umat. Kami juga berdoa bagi keselamatan negeri ini agar tetap aman dan tenteram,'' ungkap Wakil Ketua Yayasan Panca Mulia, Tjutikno, sebagai pengurus kelenteng.
Rangkaian ritual cisuwak ini sudah dimulai pada Jumat (10/8) malam. Umat melakukan berbagai aktivitas sembahyang di depan altar kelenteng tersebut dari sore hingga tengah malam. Sembayang diisi dengan pembacaan ayat-ayat suci dan dipimpin oleh seorang Pandita.
Sementara pada siang hari, pada Sabtu (12/8), sebelum ritual cisuwak dimulai arca Thay Shang Lauw Tjin dibawa keluar kelenteng dengan menggunakan tandu. Umat memanggul tandu tersebut mengelilingi kelenteng.
Selanjutnya, ratusan kertas yang berisi permohonan dan doa kemudian dibakar di depan kelenteng. Pembakaran kertas ini dimaksudkan agar doa umat dikabulkan oleh Yang Maha Kuasa.
Umat juga melewati gapura yang dibuat dari kertas. ''Upacara melewati gapura ini juga sebagai simbol bahwa umat akan dibersihkan dari segala sengkala, paling tidak dalam satu tahun ke depan,'' jelasnya.
Salah seorang umat dari Pekalongan, Riana (50), mengaku dengan mengikuti ritual cisuwak di kelenteng ini dengan harapan kehidupan akan menjadi lebih baik. Setiap ada kegiatan ritual cisuwak, ia dan keluarganya selalu mengikuti.
''Kami yakin dengan mengikuti Cisuwak kehidupan rumah tangga kami akan baik dan rezeki akan bertambah,'' katanya.