SEMARANG, suaramerdeka.com - Ratusan umat Tempat Ibadah Tri Dharma (TITD) Kelenteng Kwan Sing Bio di Jl Tanggul Mas Raya 9 Semarang menggelar arak-arakan menuju Kelenteng Besar Tay Kak Sie Jl Gang Lombok, Sabtu (4/8). Kirab yang diikuti sekitar seribu umat dari berbagai kota di Tanah Air ini untuk memperingati hari ulang tahun Dewa Namo Cia Lan Phu Sa atau Dewa Keadilan dan Kejujuran.
''Ini merupakan kirab kali pertama yang dilakukan sebagai bentuk penghormatan ke kelenteng yang lebih tua yakni Tay Kak Sie. Tahun-tahun sebelumnya, kirab hanya dilakukan di sekitar kelenteng di Tanah Mas,'' ungkap ketua panitia Danu Wiwoho, di sela-sela acara.
Uniknya, dalam prosesi arak-arakan mulai pukul 13.00 tersebut beberapa umat mengenakan pakaian khas Jawa seperti blangkon dan beskap. Selain membawa patung Dewa Keadikan dengan tandu, rombongan kirab juga dimeriahkan dengan beberapa atraksi kesenian daerah. Kesenian tersebut antara lain jaran kepang dari Kabupaten Semarang dan musik tetabuhan dari Banyumas.
Kemudian juga tampil dalam rombongan beberapa grup barongsay dan tarian naga khas Tiongkok. Adapun rute kirab mulai dari Jalan Kokrosono- Pandanaran- Gajahmada dan Kranggan kemudian masuk kawasan Pecinan dan berakhir di Kelenteng Tay Kak Sie di Jl Gang Lombok.
Sesampainya di kelentang Tay Kak Sie, rombongan diterima oleh Ketua Yayasan Kelenteng Besar Tay Kak Sie Tanto Hermawan beserta pengurus lainnya. Sebagai bentuk penghormatan, di depan kelenteng tersebut, rombongan melakukan sujud.
Rencananya, pada Minggu (5/8) pagi pukul 09.00, rombongan akan kembali berjalan pulang juga dengan jalan kaki menuju Tanah Mas dengan rute yang sama.
Sementara pada Sabtu (4/8) malam di Kelenteng Kwan Sing Bio digelar ritual penyalaan api abadi (Chuan Deng) di depan kelenteng. Penyalaan api ini sebagai simbol penerangan umat agar kedepan diberi kesuksesan baik usaha maupun kesehatannya.
Dalam prosesi ini, satu persatu umat membawa lilin dengan replika teratai, berjalan satu persatu dari altar kelenteng menuju tempat sumber api yang telah di doakan. Ritual ini dipimpin oleh Suhu Prajito Thjia.
Api lilin tersebut kemudian dibagikan dari satu umat ke umat lainnya. Selanjutnya, umat meletakkan lilin tersebut di meja panjang yang sudah disediakan.
''Acara ini digelar sebagai tolak balak dengan tujuan agar masyarakat kota Semarang dalam keadaan aman dan damai selalu,'' kata Prajito.