Dosen Unnes Ciptakan Alat Peraga Matematika Bagi Siswa Berkebutuhan Khusus

- Rabu, 23 Juni 2021 | 17:28 WIB
Drs Sugiman MSi menunjukkan sejumlah alat peraga karyanya bersama mahasiswa Jurusan Matematika FMIPA Unnes.
Drs Sugiman MSi menunjukkan sejumlah alat peraga karyanya bersama mahasiswa Jurusan Matematika FMIPA Unnes.

SALATIGA, suaramerdeka.com - Tidak mudah mengajari mata pelajaran matematika kepada anak berkebutuhan khusus (ABK). Terlebih saat ini di sekolah-sekolah sangat minim alat peraga pendidikan (AP) bagi anak berkebutuhan khusus.

Namun di tangan dingin Dosen Matematika FMIPA Universitas Negeri Semarang (Unnes), Drs Sugiman MSi, tercipta sejumlah AP yang membantu anak berkebutuhan khusus memahami mapel matematika.

Sebagai pengajar matematika sekaligus orang yang dekat dengan dunia pendidikan anak berkebutuhan khusus, membuat Sugiman tertantang menciptakan alat peraga pendidikan bagi ABK. Awal keinginan menciptakan AP, karena banyak sekolah seperti SLB atau sekolah inklusi, tidak mampu membantu ABK berimajinasi dalam memecahkan soal-soal matematika.

Baca Juga: Solusi Atasi Sampah, PLN Beli Listrik dari PLTSa Terbesar di Jawa Tengah

Sugiman menceritakan bisa dibayangkan bagimana mengajar anak tunanetra, memahami pelajaran menghitung bilangan pecahan. Contoh sederhana adalah perhitungan 1/2 + 1/3 bagi anak berkebutuhan khusus.

Seorang guru senior pun akan dibuat pusing mengajari pelajaran tersebut kepada ABK. Dari pengalaman itu, Sugiman dan beberapa mahasiswa mencoba memecahkan persoalan pelajaran dengan menciptakan alat peraga pembelajaran yang tepat.

Terciptalah, sebuah AP sederhana dengan menggunakan balok kayu ukuran 1 meter, kemudian di pasang dua puluh kawat melingkar balok tersebut, di mana setiap kawat terdapat roda atau bola yang berjumlah 10 biji.

Dua puluh kawat dilengkapi 10 biji bola atau roda tersebut dibagi dua yakni 10 kawat berada di sisi kiri dan dan 10 kawat berisi bola atau roda di sisi kanan.

Dengan teknik sederhana yang dapat dipelajar ABK tunanetra dengan mudah, maka dalam kurun waktu tidak kurang dari 3 menit siswa tersebut bisa menyelesaikan penjumlahan 1/2 + 1/3, memanfaatkan bola atau roda pada kawat tersebut.

Nyaris sama seperti sempoa, tetapi tekniknya berbeda. Sugiman dan mahasiswanya juga membuat sejumlah AP pelajaran penjumlahan dan pengurangan bagi siswa tunanetra, yang juga mudah dipelajari untuk siswa berkebutuhan khusus.

Termasuk AP untuk penjumlahan bilangan negatif dan positif. Tanpa alat peraga, siswa tunanetra kesulitan menyelesaikan penjumlahan (-5+1 atau -2+7).

''Sebagian besar alat peraga ini sudah saya patenkan,'' ungkap Sugiman yang berdomisili di Kota Salatiga itu.

Dalam dosen matematika, Sugiman juga mengingatkan kepada mahasiswanya harus kreatif, inovatif, dan adaptif menciptakan berbagai jenis alat peraga pembelajaran. Dia mengingatkan bahwa saat ini konsep sekolah adalah inklusi, di mana sekolah tidak bisa menolak anak berkebutuhan khusus untuk belajar di sekolah tersebut.

Baca Juga: Aktivitas Jual Beli di Pasar Tetap Pakai Masker Agar Aman dari Corona

Untuk itu seorang guru, harus bisa berkreativitas menciptakan AP yang bermanfaat bagi siswanya yang berkebutuhan khusus.

Halaman:

Editor: Ahmad Rifki

Tags

Artikel Terkait

Terkini

X