SEMARANG, suaramerdeka.com – Mengenalkan budaya tradisional sejak dini kepada anak-anak bisa dilakukan dengan beragam cara, yang penting menyenangkan dan dinikmati mereka. Salah satu cara seru adalah melakukan perjalanan dengan berkunjung ke tempat masih kental dengan budaya dan adat istiadatnya.
“Dalam kegiatan kunjungan ke Sobokartti ini, kami membelajarkan para anak tentang budaya jawa melalui mainan tradisional,” kata Kepala Sekolah EduHouse Preschool, Linggayani Suntoro, pada kegiatan ‘Field Trip to Sobokartti’, di gedung cagar budaya Sobokartti, Semarang, Jumat (15/9).
Dengan memperkenalkan mainan tradisional, lanjut Linggayani, diharapkan anak-anak tidak hanya tahu mainan modern seperti yang ada di gadget saja. Permainan Tradisional juga merupakan simbolisasi dari pengetahuan dan mempunyai bermacam-macam jenis.
“Disini anak-anak diajarkan dan diajak langsung untuk memainkan mainan tradisional, seperti bekelan, engklek, congklak, gangsing, lompat tali. Permainan tradisioanal juga bisa melatih kepekaan pada anak yang berpengaruh untuk menumbuhkan karakter anak,” imbuhnya.
Linggayani menjelakan, selain agar anak-anak tidak melupakan budaya yang ada di Indonesia, pemilihan Sobokartti sebagai tempat kunjungan juga memperkenalkan salah satu cagar budaya yang ada di Kota Semarang. Pada kegiatan ini, para peserta yang rata-rata berumur 3-4 tahun ini juga diajarkan budaya jawa lainnya, diantaranya wayang, gamelan dan tarian jawa.
Salah satu orangtua peserta, Nisa, mengatakan mengenalkan mainan trasional ini juga memberi pengetahuan dan melatih motorik anak.
“Jaman sekarang anak-anak malah lebih suka mainan modern bahkan tidak tahu mainan tradisional, bagaimana bentuknya dan cara memainkannya. Kegiatan juga bisa melatih motorik anak, karena mengajak mereka untuk bergerak,” tuturnya.
Sementara itu, Akso Prabu Wisnu Aji, pengurus Bidang Pelestarian dan Pengembangan Sobokartti, mengaku sangat mengapresiasi kegiatan yang diadakan EduHouse ini. “Dengan adanya kegiatan kunjungan ke Sobokartti ini, diharapkan agar seni budaya jawa tidak hilang untuk generasi mendatang, karena cinta nasional itu dasarnya dari cinta budaya,” ujarnya.
