SEMARANG, suaramerdeka.com - Berawal dari kesamaan hobi 'nyeket' (melukis), komunitas Semarang Sketchwalk terbentuk. Sketcher, demikian sebutan untuk pelukis sketsa.
Mereka biasa melukis langsung di depan objek, sebut saja suatu bangunan, tempat ibadah, dengan media kertas, kanvas dan cat air.
Adapun nama 'sketchwalk' memiliki makna berpindah, dari satu tempat ke tempat lain. Para sketcher sering kali meluangkan waktunya pada akhir pekan untuk menuangkan ide menjadi suatu karya seni.
Baca Juga: Usai Hadiri Pernikahan Teman, IU Jalani Tes Covid-19, Ini Kata Agensinya
Menurut Ketua Semarang Sketchwalk, Ratna Sawitri, anggotanya mayoritas pekerja dengan berbagai latar belakang.
Mulai dari pekerja swasta, aparatur sipil negara, murni seniman, serta sebagian lagi pelajar atau mahasiswa.
"Dari sisi usia, bisa dibilang lintas generasi. Mulai remaja atau anak muda, dewasa, hingga yang sepuh. Inilah diantara keunikan dari Semarang Sketchwalk.
Aktivitas kami cenderung ke urban, menangkap suasana lingkungan perkotaan," kata Ratna saat menerima jajaran pimpinan dan manajemen Suara Merdeka Network (SMN) di kawasan Kota Lama Semarang, Kamis (11/11).
Baca Juga: GIIAS 2021, Isuzu Hadirkan 3 Model Baru
Tujuan awal dari komunitas Semarang Sketchwalk sebetulnya ingin mendokumentasikan sesuatu yang ada di lingkungan. Seiring berjalannya waktu, Semarang Sketchwalk juga tergerak untuk berperan memajukan pariwisata di Kota Semarang dan Jawa Tengah.
Artikel Terkait
Bulan Bung Karno, Mega akan Pidato Buka Pameran Lukisan di Yogyakarta
Seni Tradisi Sesuatu yang Pakem, Terpancang pada Struktur dan Pola yang Baku
Komunitas Arsa Semarang Kembali Adakan SAFE, dari Edukasi hingga Donasi