SEMARANG, suaramerdeka.com - Sekretaris Daerah Kota Semarang Iswar Aminuddin mengatakan selama pandemi Covid-19 banyak guru honorer yang pembayarannya terganggu akibat sekolah daring.
‘’ Pemkot menyadari tugas dan tantangan menjadi guru di era teknologi informasi saat ini sangatlah berat, terlebih di era pandemi.
Data UNICEF, pada masa Covid-19 jumlah anak di seluruh dunia yang terdampak penutupan sekolah mencapai hampir 1,5 miliar,’’ kata Sekda mewakili Wali Kota Semarang saat membuka Rapat Kerja (Raker) Gabungan Organisasi Penyelenggara Taman Kanak-kanak Indonesia (GOPTKI) Kota Semarang, kemarin.
Baca Juga: Mengenang Vanessa Angel: Awali Karir di Dunia Entertain Berkat Dorongan Sang Ayah
Ketua GOPTKI Kota Semarang Ir Lies Iswar Aminuddin MSi melaporkan, Raker berlangsung selama satu hari di ruang Loka Kridha Gedung Moch Ihsan Balai Kota Jalan Pemuda Semarang.
Diikuti 93 guru TK dan Penyelenggara Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) dan Taman Kanak-kanak (TK), tim penggerak ranting dan mitra kerja se-Kota Semarang.
‘’Raker dengan tema optimalisasi peran GOPTKI dalam mendidik anak usia dini pada era digitalisasi, bertujuan meningkatkan peran serta guru TK dalam menyatukan kesamaan visi misi tujuan organisasi,” kata Lies.
Raker juga dihadiri 150 guru TK, perwakilan dari 3.549 guru TK-PAUD se-Kota Semarang.
Menurut Sekda Iswar Aminuddin, problem guru TK/PAUD sebanyak 78% guru kesejahteraannya masih kurang dan perlu memperoleh perhatian.
Problem lainnya yaitu keterbatasan sarana digitalisasi untuk mengajar saat pandemi.
‘’Menjadi seorang Guru merupakan ibadah yang mulia, haruslah ikhlas dan tanpa pamrih. Namun Pemkot Semarang terus berupaya memberikan apresiasi dan penghargaan bagi para guru yang telah mendidik generasi muda Semarang,’’ katanya.
Baca Juga: Tujuh Keutamaan Amalan Terbaik Hari Jumat, Salah Satunya Perbanyak Baca Sholawat
Mengutip pidato Presiden Jokowi, Iswar mengatakan, terdapat 79,5 juta anak di Indonesia yang terdampak pandemi Covid-19.
Jumlah populasi anak di Indonesia tersebut merupakan 30,1% dari populasi penduduk Indonesia. Semua harus dikerjakan secara daring dan beradaptasi dengan teknologi.
Padahal, menurutnya usia TK-PAUD saat ini, merupakan generasi tulang punggung saat Indonesia mencapai usia emas 100 tahun dan mengalami bonus demografi.
‘’Lantas apa yang harus dikerjakan? Perlunya inovasi, kreatifitas dan pemanfaatan teknologi oleh para guru TK-PAUD. Bagaimana caranya upaya bermain sambil belajar yang dilakukan anak-anak dapat dikerjakan melalui daring,’’ tegas Sekda.
Artikel Terkait
Tuntutan Guru Honorer PAI Lolos Passing Grade Agar Diangkat, Disdik Boyolali: Sulit Terpenuhi
Kemenag Ajak Guru Kembangkan Kultur Digital di Madrasah