Kaya Kodok Ketutupan Bathok

Rosikhan
- Sabtu, 23 November 2019 | 00:28 WIB
Foto: suaramerdeka.com/Dok
Foto: suaramerdeka.com/Dok

ARTI pitutur di atas adalah seperti katak tertutup tempurung. Ya sama dengan peribahasa "seperti katak dalam tempurung". Secara humor sering orang menyindir temannya seperti katak, bisanya hanya "mbangkong", malas, banyak tidur, kalau bangun yang dikerjakannya hanyalah melompat-lompat menunggu datangnya serangga untuk dia makan.

Sesudah itu, bernyanyi bersahut-sahutan dengan katak lain. Kesan malas pada katak itu diperparah dengan ungkapan ketutupan bathok, artinya sudah malas ditambah lagi tidak melihat luasnya dunia dengan beraneka ciptaan dan perilakunya. Semua itu seharusnya  menjadi sarana berbekal diri menghadapi kehidupan dunia yang berkembang sangat pesat dan cepat.

Dengan kemalasan seperti kodok ketutupan bathok itu orang tidak tahu apa-apa lagi selain dirinya. Tidak tahu apa yang terjadi di sekitarnya. Akibatnya dia merasa dirinyalah yang paling segalanya. Paling kuasa, paling tahu bahkan paling pintar. Dirinyalah segalanya. Dia berada pada kegelapan dan merasa bahwa dunia hanyalah sebesar tempurung yang melingkupinya. Saat ini komunitas katak memang tidak lagi gampang ditemui, tetapi pitutur itu masih tetap relevan.

Ada memang orang yang malas, tidak mau berfikir bagaimana memajukan dirinya dan masyarakat untuk mengikuti dinamika kehidupan. Padahal inovasi dan kreativitas dibutuhkan untuk tetap eksis, syukur berada di level permukaan. Ke depan Indonesia akan menjadi negara maju. Dan ini hanya akan bisa diraih oleh  sumber daya manusia yang berkualitas.

Manusia yang mau belajar, yang bisa menguasai perkembangan teknologi, melihat apa yang terjadi di sekeliling dan mau berobah diri. Jadi pitutur itu masih dibutuhkan untuk memotivasi manusia Indonesia untuk tidak malas. Mari, tinggalkan kemalasan. Belajarlah dan berbuatlah, dunia luas ada didepanmu menunggu kerja semangatmu.

Rasulullah sangat tidak menyukai kemalasan. Ada doa yang diajarkan oleh Rasulullah untuk kita, yaitu doa yang tertuang dalam hadis riwayat Bukhari dari sahabat Anas bin Malik r.a yang artinya "Ya Allah sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari sifat malas, aku berlindung kepada-Mu dari sikap pengecut, aku aku berlindung kepadaMu dari pikun, dan aku berlindung kepadaMu dari sifat pelit".

Dalam riwayat Abu Daud dari Sahabat Abu Sa'id al Khudri disebutkan bahwa Rasulullah mengajarkan doa kepada Abu Umamah yang artinya "Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepadaMu dari hati yang galau dan sedih. Aku berlindung kepadaMu dari lemah dan malas. Aku berlindung kepadaMu dari sifat pengecut dan kikir. Dan aku berlindung kepadaMu dari lilitan hutang dan kesewenang-wenangan manusia."

 

*Dr KH Ahmad Darodji MSi, Ketua Umum MUI Jawa Tengah

Editor: Rosikhan

Terkini

SCU Perkuat Kerja Sama Perguruan Tinggi Luar

Sabtu, 1 April 2023 | 19:09 WIB
X