SEMARANG, suaramerdeka.com - Mahasiswa sebagai bagian dari insan cendekia muda diajak untuk membangun kebhinekaan. Keberagaman tersebut perlu dirawat agar bangsa dan negara ini tetap kuat dan utuh.
Kepala Detasemen Khusus 88/Antiteror Polri, Irjen Pol Marthinus Hukom mengatakan, negara Indonesia hadir dalam bentuk keberagaman, dan datang dari perbedaan. Ia pun menilai, pendiri bangsa ini bahkan memberikan landasan filosofi, yang menjadikan negara Indonesia tetap utuh.
"Sebetulnya radikalisme itu ada dalam agama apapun, tidak hanya terkait dengan satu agama tertentu," kata Marthinus pada kegiatan Kuliah Umum yang diselenggarakan oleh Soegijapranata Catholic University (SCU) bekerja sama dengan Kreasi Prasasti Perdamaian dan Detasemen Khusus 88/Antiteror Polri di kampus tersebut, Senin 20 Maret 2023.
Baca Juga: Kuliah Umum SCU Hadirkan Akademisi, Densus 88 Hingga Eks Napiter!
Menurutnya, terorisme bukan monopoli satu aliran tertentu. Paham teroris bisa muncul dalam banyak aliran atau agama. Bahkan, bisa menimpa kepada individu yang tidak beragama sekalipun.
Kegiatan ini juga dihadiri oleh Direktur Penindakan Densus 88/Antiteror Polri, Brigjen Pol Suseno Nurhandoko SIK; Direktur Identifikasi dan Sosialisasi Densus 88/Antiteror Polri, Brigjen Pol Arif Makhfudiharto SIK MH; serta Direktur Pencegahan Densus 88/Antiteror Polri, Brigjen Pol Tubagus Ami Prindani SIK MSi.
Rektor SCU, Dr Ferdinandus Hindiarto menyatakan, kampusnya senantiasa mengajarkan nilai-nilai keindonesiaan. Adapun terkait toleransi, pihaknya sudah selesai dengan hal tersebut. Artinya implementasi dari nilai-nilai toleransi sudah sepenuhnya dijalankan oleh seluruh civitas akademika.
Baca Juga: Sejumlah Prodi Berproses Reakreditasi, Rektor SCU Tekankan Pentingnya Proses!
"Kami menggembleng generasi muda
yang menguasai ilmu pengetahuan di bidangnya dengan kdewasaan moral dan kepribadian. Sehingga akan berani mengambil peran pemimpin di manapun mereka berkarya," tuturnya.
Wakil Rektor Bidang Akademik Mahasiswa dan Alumi SCU, Dr Berta Retnawati mengajak mahasiswa agar makin mencintai bangsa dan negara, serta senantiasa menjaga kebhinekaan.
"Kami berharap mahasiswa makin kuat sebagai insan yang berlandaskan pancasila. Hidup dengan perbedaan seharusnya bisa menemukan keharmonisan hidup melalui toleransi. NKRI ini ada karena adanya toleransi," sebutnya.
Baca Juga: SCU Gelar Lomba Basket AntarSMA dan Perguruan Tinggi Se-Jateng
Sementara itu, Sekretaris Daerah (Sekda) Provinsi Jateng, Sumarno menegaskan, perbedaan adalah sebuah keniscayaan. Sedang radikalisme merupakan bahaya laten yang tidak kelihatan, yang harus diwaspadai kapanpun.
"Kita ini hidup di negara yang bhineka, maka perbedaan merupakan sebuah keniscayaan. Dengan pancasila, semua keyakinan bisa dijalankan," imbuhnya.
Selain para narasumber tesebut, kegiatan ini juga menghadirkan dua mantan napiter, yakni Hadi Masykur (mantan sekretaris Neo Jamaah Islamiyah), dan Munir Kartono, eks anggota kelompok JAD. Keduanya menjelaskan tentang masing-masing kelompoknya beraksi, pola rekrutmen hingga alur pendanaannya.
Artikel Terkait
Prodi Teknologi Pangan SCU Hadirkan Ahli Bakeri Belanda
SCU Gelar Lomba Basket AntarSMA dan Perguruan Tinggi Se-Jateng
Keren dan Unik! Learning Space Perpustakaan SCU, Didesain Khusus Pejuang Skripsi
Sejumlah Prodi Berproses Reakreditasi, Rektor SCU Tekankan Pentingnya Proses!
Yuk Kenali Cornelia de Lange Syndrome, Yayasan CDLS-SCU Ajak Tingkatkan Kepedulian Publik