KH MUSLICH adalah ulama pejuang, birokrat, dan perintis sejumlah Kantor Wilayah Kementerian Agama (Kanwil Kemenag) di negeri ini.
Mengingat semasa akhir hidupnya tinggal di Dusun Karangsuci, Kelurahan Purwonegoro (Purwokerto), beliau akrab dengan sapaan Kiai Muslich Karangsuci.
Almarhum meninggal dunia pada Kamis Pon, 24 Desember 1998. Meskipun sudah lama berpulang, semangat juang, jiwa sosialnya sungguh patut kita diteladani.
Peninggalan Mbah Muslich masih dapat kita lihat hingga kini. Yayasan Perguruan Al-Hidayah di bilangan Rawamangun (Jakarta) maupun di Karangsuci (Purwokerto) adalah buah karya almarhum.
Muslich kecil lahir di desa Tambaknegara, Kecamatan Rawalo (Banyumas), pada Ahad Wage: 20 Februari 1910.
Baca Juga: Beragama yang Mencerahkan
Putera pasangan Kiai Hasanbasari dan Nyai Sri Inten ini menamatkan pendidikan dasar di SD Notog (1921).
Setelah itu, Muslich muda memperdalam ilmu agama di Madrasah Mambaul Ulum Sala hingga tamat kelas IX (1929).
Selama di Sala (Surakarta), pagi hari pemuda Muslich belajar di Mambaul Ulum. Sore harinya belajar di Madrasah Sunniyah (Keprabon Tengah), dan malam hari mengaji Al-Qur’an kepada KH Kholil (Kauman).
Selain itu, remaja Muslich juga belajar fiqh kepada sejumlah ulama di Keprabon maupun Jamsaren.
Dari aktivitas tersebut, dapat dilihat betapa tinggi semangat belajar Muslich muda waktu itu.
Tidak saja Madrasah dan pengajian kitab, kursus-kursus keagamaan model Muhammadiyyah pun diikutinya.
Dalam hal ini, ia mendapat banyak pengalaman dari tokoh Muhammadiyyah, semisal Kiai Muchtar Buhari, KH Idris, dan Muljadi Djojomartono.
Sangatlah nyata, sebagai seorang nahdliyin, sosok Muslich tak menutup diri dalam mencari ilmu dan pengalaman hidup.
Artikel Terkait
Muria Blues Festival 2022, Kiai, Polisi dan Pengusaha Tampil Sepanggung
Kepemimpinan di Pesantren Bercorak Individual-Kolektif, Berkiblat ke Individual Kiai
Kiai Rifa'i Idris, Penulis Buku Best-Seller dari Cepu Blora
Kiai Umar Bobosan, Pernah Jadi Lurah Pondok Tremas
Kiai "Penghulu" Masruri, Pensiun Dini dan Pilih Mulang Santri