Kiai "Penghulu" Masruri, Pensiun Dini dan Pilih Mulang Santri

SALAH seorang laskar Pangeran Diponegoro di Kabupaten Banyumas adalah KH Imam Rozi, menurunkan KH Abu Suruj yang berdakwah di Kebutuh Sokaraja Kulon.

KH Abu Suruj menurunkan 18 orang anak. Anak pertama KH Asfiya, yang dakwahnya diteruskan KH Imam Munhasir di Kebonkapol Sokaraja.

Adapun anak-anak KH Abu Suruj lainnya ada KHA Masruri, KHA Marwazi, dan bungsu KHA Bunyamin.

KHA Masruri (1901-1971) adalah perintis dakwah di daerah Kebumen, Kecamatan Baturraden.

Sebelum berdakwah di Kebumen, Kiai Masruri menimba ilmu di sejumlah pesantren, antara lain Pesantren Bogangin (Sumpiuh), Lirap (Kebumen), Jamsaren (Solo), Jampes (Kediri), dan kemudian mukim di Tanah Suci Mekkah.

Baca Juga: Toleransi Beragama Sesuai Syariat

“Kakek bermukim di Tanah Suci sekira tujuh tahun lamanya,” kata Gus Maskun, salah satu cucu Kiai Masruri.

Bersama kedua adiknya (Kiai Marwazi dan Kiai Bunyamin), Kiai Masruri mengajar para santri sejak 1920-an.

“Kiai Masruri mengajar Alquran, doa wudlu, doa-doa salat, dan tata cara ibadah. Sedangkan Kiai Marwazi dan Kiai Bun mengajar di Madrasah Diniyyah,” tutur Kiai Saekhudin.

Trio ulama ini memiliki kelebihan masing-masing. Kiai Marwazi, misalnya, punya bakat seni dan piawai memainkan alat musik biola.

Beliau mengajar para santri dengan syair-syair (nadzom). Singiran Tamrienus Syibyan (tajwid) dan Tafsirul Iman (tauhid) adalah contoh karya bahasa Jawa yang ditulisnya dalam Arab pegon.

Baca Juga: Lazis Jateng dan YBM PLN Jateng-DIY Gelar Semarak Khitan Ceria

Ahli Kanuragan

Adapun Kiai Bunyamin dikenal ahli olah kanuragan (beladiri). Sementara itu, Kiai Masruri memilih mulang ngaji.

Selain pengajian harian untuk santri, pengajian untuk umum dihelat setiap Kamis pagi. Jamaahnya tak saja datang dari Kecamatan Baturraden, namun juga Kedungbanteng, Karanglewas, Cilongok, Purwokerto dan sekitarnya.