Yusuf kemudian diasuh oleh ibunya. Akan tetapi pada saat dia duduk di tahun keempat Ibtida’iyah, ibunya dipanggil yang Maha Kuasa.
Selanjutnya ia diasuh oleh pamannya sampai menganggap pamannya sebagai orang tuanya sendiri. Keluarga pamannya taat menjalankan agama Islam.
Sehingga dia terdidik dan dibekali dengan berbagai ilmu pengetahuan syariat agama Islam yang mumpuni.
Pada waktu berusia 5 tahun, Yusuf dimasukkan ke salah satu lemaga pendidikan Al-Qur’an “al-Kuttab” di desanya.
Baca Juga: Kapan Tradisi Tedak Siten Harus Dilaksanakan? Simak Penjelasannya Yuk
Ketika berusia 7 tahun, beliau masuk ke Madrasah Ilzamiyah di bawah Departemen Pendidikan Mesir untuk belajar berhitung, sejarah, kesehatan dan lain-lain.
Yusuf tuntas menyempurnakan hafalan al-Qur’an pada usia 10 tahun, Karena kemahirannya dalam bidang al-Qur’an
Pada masa remajanya, ia sampai dipanggil dengan nama “Syaikh Qardhawy” oleh orang sekitar kampungnya, bahkan ia selalu ditunjuk menjadi imam shalat, terutama shalat yang jahriyah.
Setelah tamat, al-Qardhawi berkeinginan kuat untuk melanjutkan ke sekolah lanjutan pertama al-Azhar di Thantha.
Namun, pamannya saat itu dalam keadaan ekonomi yang tidak baik, keberatan dan membutuhkan biaya besar.