Ini karena sebelum agama dari luar tersebut masuk, masyarakat Jawa juga sudah mengenal tentang Tuhan, Sang Pencipta Alam, Pamurba Alam Raya (macro cosmos).
"Dari sinilah masyarakat meyakini bahwa ketika manusia setelah mati, jazadnya yang mati,''
''Namun ruh akan kembali kepada Tuhan, pemaduan dua ajaran antara Kejawen (kaweruh tentang kehidupan keyakinan jawa) dengan Agama Islam,''
''Maka lahirlah sebuah tradisi jelang bulan suci ramadan, berupa nyekar/kepyok," papar Budayawan Bojonegoro, Suyanto.
Bahkan, juga ada tradisi membersihkan makam dan juga nyekar.
Yaitu membawa sekar (bunga wewangian) untuk ditaburkan ke makam leluhur/keluarga. Nama kepyok sendiri sama halnya seperti nyekar.
Adapun budayawan dan juga penulis buku "Saya, Jawa dan Islam” Irfan Afifi pernah mengatakan, tabur bunga saat ziarah kubur sudah dilakukan sejak lama.
Penggunaan bunga saat ziarah kubur mengandung alasan sederhana, yakni aromanya yang wangi.
"Kenapa bunga? Karena wangi, maksudnya untuk wewangian," ujar Irfan.
Bagi orang Jawa lama, bunga menjadi sumber wewangian yang mudah ditemukan.
Artikel Terkait
Ziarah, Perlu Membawa Bunga? Ini Penjelasannya
Belum Tahu Tempat Ziarah Berbagai Agama? Cek di Sini
Pengurus PKB Ziarah di Makam Mbah Maimun, Doakan Keselamatan Bangsa
Ziarah ke Makam Para Pendahulu, Agenda Utama Dies Natalis FKH UGM
Catat ! Ini Waktu yang Baik untuk Ziarah Kubur, Jumat atau Sabtu ?