Triyanto memotivasi para santri, bahwa dengan menulis atau tulisan, ia bisa keliling dunia kecuali Benua Afrika.
Baginya menulis adalah melawan lupa dan semakin menunjukan eksistensi seseorang dengan posisinya masing-masing.
Salah satu pengasuh Ponpes Miftahul Hida Pesawahan Rawalo, KH Habib Mahfudz mengatakan, semua pihak tidak bisa menghindarkan diri dari internet.
Apalagi di tengah kehidupan digital saat ini, kita harus bisa belajar dengan media multiplatform.
"Dunia digital harus kita masuki karena klaim kebenaran hari ini muncul termasuk dari kelompok berpaham radikalisme bahkan terorisme. Itu bahaya kalau tidak ada konten yang kita bikin. Jadi media sosial saat ini harus diimbangi dengan konten Islam Rahmatan lil'alamin," katanya.
Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten Banyumas Aziz Muslim mendorong santri harus visioner.
Ke depan santri Miftahul Huda diharapkan bisa menguasai media digital.
"Profil Miftahul Huda harus bisa disakikam dengan berbagai media, dengan berbagai bahasa. Santri Miftahul Huda harus bisa membuat karya yang mengguncangkan tanah air," jelasnya.
Selain mendapatkan bekal ilmu jurnalistik dan iu menulis fikso serta media digital, dalam acara tersebut para santri juga mendapatkan motivasi dan penghargaan dari Wakil Bupati Banyumas, Sadewo Tri Lastiono yang juga sekaligus menutup acara tersebut.***
Artikel Terkait
Gerakan Santri Menulis di Sragen: Menulis Menciptakan Karya-karya Besar
Gerakan Santri Menulis di Kebumen: Syiar yang Memunculkan Keteduhan
Gerakan Santri Menulis di Temanggung: Kemampuan Menulis Penting untuk Kemajuan Islam
Gerakan Santri Menulis: Banjarnegara Butuh Penulis Muda Kreatif
Gerakan Santri Menulis Meneruskan Tradisi Para Ulama