Telaah Kitab: Membumikan Islam dan Tasawuf dalam Misykatul-Qulub

- Kamis, 7 April 2022 | 10:12 WIB
Misykat al-Qulub fi ‘Amaliyyah at-Tariqah an Naqshabandiyyah al-Khalidiyyah. (suaramerdeka.com / dok)
Misykat al-Qulub fi ‘Amaliyyah at-Tariqah an Naqshabandiyyah al-Khalidiyyah. (suaramerdeka.com / dok)

SALAH satu karya Ulama Nusantara yang belum pernah dipublikasikan dan tidak banyak dikenal oleh pemerhati studi keislaman adalah Misykat al-Qulub fi ‘Amaliyyah at-Tariqah an Naqshabandiyyah al-Khalidiyyah.

Kitab klasik yang ditulis dalam bahasa Arab Pegon berbahasa Jawa adalah karya KH. Syuja’ (1927) dari Desa Karangpule Sruweng Kebumen Jawa Tengah.

Dilihat dari silsilah, KH Syuja’ mempunyai garis keturunan darah biru (bangsawan) yang bergelar Hadiningrat.

Mulai Kanjeng Pangeran Prang Singa Wedana atau KH. Abdul Aziz atau Syeikh Jambu Karang yang ikut andil dalam peperangan melawan penjajah.

Baca Juga: Ramalan Zodiak 7 April 2022: Aquarius Fokus Cari Uang, Sisi Lembut Capricorn Muncul

Selain sebagai mursyid tarekat, KH. Syuja’ juga dikenal ‘alim dan khusyu dalam beribadah. Silsilah tarekat Naqshabandiyyah Khalidiyyah diperolehnya dari sang ayah, KH. Abdullah Rosyad yang bergurulangsung kepada Syeikh Sulaiman al-Farisi ketika beliau belajar (mondok) di Mekkah.

Secara teoritis, vernakularisasi Islam dan Tasawuf dipahami sebagai proses yang mana dengannya pesan-pesan dan ajaran-ajaran Islam, khususnya tasawuf (tarekat) disesuaikan dan diadaptasikan dengan atmosfer dan konteks lokal.

Bagi kalangan pengkaji studi Islam, kaum sufi dianggap sebagai agen (agent) vernakularisasi melalui beragam cara dan sarana.

Salah satu sarana vernakularisasi pesan-pesan Islam dan Tasawuf (sufism) adalah dihasilkannya literatur-literatur tasawuf dalam bahasa lokal.

Baca Juga: Ramalan Zodiak 7 April 2022: Virgo Jelajahi Perasaan Pasangan, Leo Dihampiri Peluang Baru

Dalam sejarah introduksi Islam di luar episentrum Islam (Jazirah Arab), proses vernakularisasi ini juga oleh dilakukan oleh para sufi di wilayah selatan anak benua India.

Misalnya Syeikh Abdul Latif Bhittai yang oleh Seyyed Hossein Nasr, dianggap sebagai Jalaluddin Rumi-nya Asia, menulis karya tasawuf dalam bahasa Sindhi, Shah Jo Risalo.

Dalam karya fenomenal ini, Syeikh Abdul Latif, mengilustrasikan kehidupan asketis para yogis (pertapa Hindu) sebagai jalan sufistik menuju fana dan makrifat kepada Allah.

Dara Shikoh, salah seorang putra mahkota dari raja Shah Jahan, dinasti Mughal, India, juga menulis karya sufi dalam bahasaPersia, Majma’ al-Bahrain.

Baca Juga: Real Madrid Kalahkan Chelsea, Ancelotti: Ini Baru Setengah Jalan

Halaman:

Editor: Andika Primasiwi

Tags

Artikel Terkait

Terkini

Meneladani Siti Hajar dalam Mendidik Anak

Jumat, 9 Juni 2023 | 11:26 WIB

Menyambut Pemilu dengan Santun

Jumat, 9 Juni 2023 | 11:02 WIB

Istitha'ah dalam Berhaji

Kamis, 1 Juni 2023 | 21:59 WIB

Pancasila dan Dukungan Kultural

Kamis, 1 Juni 2023 | 21:11 WIB
X