SUARAMERDEKA.COM - Memuji manisnya gula. Siapapun sudah tahu bahwa gula itu manis.
Memang, tetapi apa yang tersirat di balik ungkapan itulah yang oleh para sepuh ingin disampaikan kepada kita.
Ada beberapa maksud yang dapat kita ambil.
Pertama, pujian adalah penghargaan. Sekecil apapun, ada rasa senang di hati orang yang dihargai.
Meskipun ada rasa senang tetapi orang yang baik tidak merasa punya kelebihan dibanding orang lain karena dipuji.
Bahkan dia akan menjadikan pujian sebagai sarana evaluasi diri dan cambuk untuk menjaga diri untuk tetap berada pada jalur kebajikan.
Kedua, pitutur ini juga mengajari kita untuk jujur. Dengan ksatria kita mengakui kelebihan yang ada pada orang lain.
Banyak orang yang mengaku, paling tidak di hatinya bahwa dia adalah orang yang paling top. Orang lain berada dibawahnya.
Ketiga wajar bila seseorang memuji orang lain yang memang memiliki sifat itu. Orang pintar dikatakan pintar. Orang yang suka memberi dikatakan sebagai dermawan.
Ya seperti mengatakan gula itu manis. Hanya saja memuji jangan berlebihan dan lebih baik kalau pujian itu tidak diucapkan di depan yang bersangkutan.
Artikel Terkait
Simak 5 Keutamaan Menjalankan Sholat Tarawih di Bulan Suci Ramadhan
Keutamaan Shalat Tarawih Menurut Ustadz Adi Hidayat
Sambut Bulan Ramadhan, MUI Provinsi Jateng Keluarkan Sejumlah Imbauan
Menyikapi Perbedaan Awal Ramadan
Kiai Ghozali, Pejuang dan Guru Tarekat