KHM Mustajab, Pendiri Pondok Islahut Tholibin

- Kamis, 23 September 2021 | 22:25 WIB
KHM Mustajab, Pendiri Pondok Islahut Tholibin. (suaramerdeka.com/dok)
KHM Mustajab, Pendiri Pondok Islahut Tholibin. (suaramerdeka.com/dok)

suaramerdeka.com - KH Muhammad Mustajab bin Syaikh Kiai Muhammad Isa lahir pada tahun 1870 di Kaligowong, Wadaslintang, Wonosobo.

KH Muhammad Mustajab adalah putra kedua, KH Muhammad Isa dari lima bersaudara yaitu KH Muhammad Mustajab, Kiai Muhammad Idris, Kiai Imam Ahmad, Kiai Imam Bukhori dan Nyai Abdul Karim saudara lain Ibu, satu ayah.

Dirunut dari silsilahnya KH Muhammad Mustajab adalah putra syaikh Kiai Muhammad Isa bin Kiai Muhammad Nuryani bin Syaikh Kiai Sabarudin.

Kiai Sabarudin merupakan pejuang yang berasal dari Keraton Yogyakarta dalam mengusir penjajah Belanda bersama Pangeran Dipenogoro. Makamnya berada di Sitantu, Sendangdalem, Padureso, Kebumen.

KH Muhammad Mustajab dilahirkan dimasa penjajahan Belanda, mengalami masa penjajahan Jepang hingga Indonesia merdeka.

Di Kaligowong pada abad 18 M belum ada Masjid, di Kecamatan Wadaslintang baru ada satu Masjid Fadhilatul Munawarah yang sebelumnya pindahan dari Masjid di Pesanggrahan, didirikan oleh Kiai R Muhammad Fadhil ayah mertua KH Muhammad Mustajab.

Di Kaligowong saat itu baru ada mushola yang didirikan Kiai Asy’ari, Kaum Kaligowong, kakek dari KH Muhammad Mustajab.

Masyarakatnya masih banyak yang kejawen, belum banyak yang menjalankan shalat Jumat kalau pun Jumatan harus jalan kaki dari Kaligowong ke Wadaslintang jaraknya 15 KM ditempuh 2 jam perjalanan.

Masa kecil Muhammad Mustajab dididik oleh ayahnya, Syaikh Kiai Muhammad Isa tentang baca tulis Al Qur’an dan dasar-dasar agama Islam.

Kemudian Muhammad Mustajab mondok di Pondok Pesantren Al Fatah, Parakan Canggah, Banjarnegara sekitar tahun 1880an bersama adiknya Muhammad Idris.

Untuk nyantri di Banjarnegara, saat itu harus ditempuh dengan jalan kaki sekitar 1 hari perjalanan. Melewati lembah dan hutan yang masih banyak hewan buasnya serta berbekal seadanya.

Sebagaimana dikisahkan ayah saya, KH Muhammad Thoha, suatu saat ketika Muhammad Mustajab dan Muhammad Idris pulang nyantri, di hutan belantara bertemu dengan harimau yang sedang menyantap kijang hasil buruannya dengan bismillah memohon perlindungan Allah Swt alhamdulillah Muhammad Mustajab dan Muhammad Idris dapat pulang dengan aman.

Selama nyatri di Pondok Pesantren Al Fatah Parakan Canggah, Muhammad Mustajab dan Muhammad Idris dibimbing langusng oleh KH Abdul Fatah. Ada kisah menarik yang diceritakan KH Muhammad Thoha putra KH Muhammad Mustajab ketika ayahnya nyantri.

Suatu malam KH Abdul Fatah keluar menuju masjid untuk menjalankan shalat tahajud, KH Abdul Fatah melihat para santri tertidur lelap di serambi Masjid termasuk Muhammad Mustajab, saat itu KH Abdul Fatah melihat ada satu santri yang kelihatan bersinar terang lalu didekatinya dan sarungnya dibundeli atau diikat ujung bagian bawah sarungnya sebagai tanda. Keesokan paginya bakda shalat subuh para santri berkumpul di Masjid untuk tadarus Al- Qur’an.

Dihadapan para santri yang mengaji, KH Abdul Fatah mengumumkan,”Coba lihat siapa diantara santri yang sarungnya ada bundelannya, ngacung,” pinta KH Abdul Fatah.

Halaman:

Editor: Rosikhan Anwar

Tags

Terkini

Istitha'ah dalam Berhaji

Kamis, 1 Juni 2023 | 21:59 WIB

Pancasila dan Dukungan Kultural

Kamis, 1 Juni 2023 | 21:11 WIB
X