Oleh Mohammad Farid Fad, Pengasuh Pondok Pesantren Raudlatul Muta'allimin Kendal, Dosen FITK UIN Walisongo Semarang.
KITA tentu tak asing lagi dengan sosok Qarun.
Ia disebutkan dua kali pada surat Al-Qashash yakni pada ayat 76-83, satu kali pada surat Al-Ankabut ayat 39, dan satu kali pada surat Al-Mu'min ayat 24.
Kemasyhurannya bukan karena kesalehannya melainkan akibat keserakahannya akan harta hingga ia ditimpa adzab oleh Allah SWT.
Ketamakan yang berlebih terhadap harta terbukti telah menggelincirkannya pada lembah kenistaan.
Tamak adalah sikap rakus terhadap hal-hal yang bersifat material, bahkan nyaris tanpa mempertimbangkan mana yang halal dan haram.
Bisa dikatakan bahwa serakah merupakan sikap mengingini meraih sesuatu yang lebih banyak demi kepentingan diri atau kelompoknya.
Perilaku tamak akan memposisikan banyaknya harta sebagai tolak ukur keberhasilan.
Semakin banyak koleksi mobil, rumah mewah, prestise jabatannya maka semakin sukses hidupnya.
Hingga secara sembrono bila ada orang lain yang mencoba mengingatkannya malah dianggap iri.
Hal ini didorong kecintaan yang berlebihan terhadap harta, atau bisa juga dipicu lewat pergaulan, gaya hidup hedonis dan konsumtif.
Nafsu ketamakan ini akan terus-menerus membiak dan baru akan berhenti setelah dikubur di liang lahat.
Padahal kita tahu bahwa karakter tamak merupakan salah satu ciri utama orang kufur nikmat.
Rasulullah SAW pernah bersabda yang artinya,
"Andai kata manusia itu telah mempunyai harta benda sebanyak dua lembah, mereka masih ingin untuk mendapatkan satu lembah lagi. Tidak ada yang dapat mengisi perutnya sampai penuh melainkan hanya tanah (maut atau kematian). Dan Allah menerima taubat orang yang telah bertaubat kepada-Nya." (H.R. Muslim).
Artikel Terkait
Kilau Kalam: Flexing, untuk Apa?
Kilau Kalam: Rusak karena Amarah
Kilau Kalam: Puasa Ramadhan dan Hewaniah Manusia
Kilau Kalam: Rendah Hati, Tak Berarti Rendah Diri
Kilau Kalam: Sinau untuk Tidak Berbohong