''Sebab bisa saja dari sisi gender ini, pemimpin perusahaannya perempuan tapi yang dikenal oleh investor dan klien bukan dia. Bisa juga, di organisasi-organisasi yang aktif mengelola dan bertemu dengan komunitas mungkin banyak perempuan yang sudah aktif terlibat. Namun kadang-kadang pimpinannya tetap laki-laki dulu yang berbicara atau didahulukan,'' ujarnya.
Reti menyebut di ILO agar terjadi pemberdayaan dan kesetaraan, perempuan selain mengedepankan keahlian dan kemampuan kerja, juga harus tahu membina karirnya sendiri di internal maupun di organisasi, bisnis, kegiatan sosial di luar pekerjaan.
''Bagaimana menjalin jaringan, kemampuan menyampaikan pendapat, dan mengerti hak-hak bekerja. Selain itu juga penting secara sosial untuk memberikan kesempatan yang sama dalam hal pelatihan keahlian dan bebas prasangka dari stereotype. Ini perlu persamaan upaya yang bukan hanya dilakukan perempuan saja, tapi mengajak laki-laki juga,'' papar Reti.
Baca Juga: Perempuan, CCTV, dan Covid-19