“Bukan hanya jumlah peserta yang dibatasi, bukan hanya jarak yang diatur dan harus bermasker. Lebih dari itu, kami juga akan menyeleksi siapapun yang berminat hadir. Apapun itu, launching inni kan hanya seremonial saja, memanfaatkan teknologi IT toh bisa juga dinikmati siapapun dari rumah,” kata Nindito.
Nindito sebagai ketua panitia menyebutkan bahwa yang lebih utama dari launching itu adalah menjaga denyut nadi sastra Magelang dan sekitarnya. Acara tak hanya diikuti para penyairnya saja, namun juga melibatkan beberapa pejabat dari Dinas Pariwisata, Dinas Pendidikan Kebudayaan, dan juga budayawan-budayawan senior.
baca juga::: DMI Semarang Minta Takmir Masjid Ikut Sosialisasikan Vaksinasi
Buku TdSI diterbitkan salah satunya untuk disebabkan tingginya frekwensi dan produktivitas penulis saat Pandemi. Otomatis butuh pendokumentasian karya dari para penyair itu. Apalagi sekarang tiap detik dan menit lahir puisi-puisi baru dengan berbagai macam genre. Mulai genre puisi wuote, puisi jurnalistik, hingga puisi bergaya klasik.
“Kalau mau jujur, buku ini kan semacam gerakan sensus penyair dan penulis Magelang dan sekitarnya. Tentu diharapkan akan bisa secara rutin,” kata Agus Manaji, panitia lainnya.
Sesungguhnya TdSI merupakan kelanjutan gerakan sebelumnya yang sukses menelurkan buku Nol Kilometer (2012) dan Cermin Waktu (2019).