SEMARANG, suaramerdeka.com - Komunikasi dalam kaitannya dengan peliputan, merupakan proses merencanakan, meliput, serta menyajikan hasilnya kepada hadirin. Tentunya hasil berita tersebut harus memenuhi aturan layak muat (fit to expose), aktual, menarik, objektif, dan etis, sehingga bermanfaat. Selain itu, tidak semua fakta yang didapatkan bisa untuk diberitakan.
''Jika dilihat dari prinsip utama komunikasi, setiap berita tersaji setidaknya harus memenuhi unsur jujur, menarik perhatian, serta etis. Kalau menurut Westersthall, berita akan obyektif bila didukung fakta, relevan dengan situasi, netral, serta berimbang. Jadi, tidak semua fakta yang ditemukan bisa dimasukkan ke dalam sebuah berita. Hanya yang relevan saja,'' demikian disampaikan Ketua STIKOM Semarang, Gunawan Witjaksana, saat menjadi pemateri dalam Bimtek CHSE Forum Wartawan Kota (Forwakot) Semarang, di Hotel Laras Asri Salatiga, Jumat (4/12).
Pada kesempatan tersebut, Gunawan menyampaikan materi terkait ''Strategi Komunikasi Media Saat Peliputan di Masa Pandemi''. Ditambahkannya, kondisi sekarang dengan merebaknya medsos, banyak orang yang kemudian dengan mudahnya seolah-olah menjadi pewarta yang menyampaikan sebuah kabar dengan gawainya. Sementara tidak jarang ditemui, kalau ternyata info yang disampaikannya kurang akurat. Menjadikan informasi yang disebarluaskan seringkali justru manipulatif atau menyesatkan.