SEMARANG, suaramerdeka.com - Jumlah warga positif Covid-19 di Kota Semarang membengkak hampir dua kali lipat, mencapai angka 90 orang hingga Jumat (29/5). Angka ini terhitung sejak penderita yang masih dirawat sempat mencapai titik terendah sebanyak 47 orang pada Selasa (19/5). Atau sepekan sebelum Lebaran.
Wali Kota Semarang Hendrar Prihadi menyayangkan kondisi tersebut. Terlebih sumbu-sumbu penularan berasal dari klaster keramaian, yakni pasar tradisional. Diduga, pada waktu-waktu tersebut masyarakat menjadi konsumtif kembali dan nekat berbelanja di keramaian. Apalagi Bantuan Sosial Tunai (BST) yang sudah cair digunakan untuk memenuhi kebutuhan Lebaran.
“Klasternya Pasar Kobong. Data terakhir 28 orang positif di klaster ini. Di mana 11 orang berasal dari luar Kota Semarang, sisanya warga Kota Semarang. Celakanya (termasuk) ada dua keluarga di Kelurahan Pedurungan yang positif Covid-19. Anak, istri, dan tetangga tertular,” jelas Hendi, sapaan akrab Wali Kota.
Dengan kondisi ini, Pemkot tidak bisa menjamin tatanan hidup baru (new normal) apakah bisa segera direalisasikan. Mengingat perilaku masyarakat yang masih acuh. Banyak berkerumun di luar rumah tanpa masker, tanpa jaga jarak. Pihaknya menekankan betapa pentingnya kebiasaan hidup sehat, cuci tangan dan pakai masker, serta tidak berkerumun.
Sulit Direalisasikan