Tindakan Online Abuse Tak Dibenarkan, Komisaris PSIS: Maido Boleh Asal Membangun

- Kamis, 20 Januari 2022 | 11:36 WIB
komisaris PSIS Semarang, Junianto. (suaramerdeka.com / dok PSIS)
komisaris PSIS Semarang, Junianto. (suaramerdeka.com / dok PSIS)

SURABAYA, suaramerdeka.com - Komisaris PSIS Semarang, Junianto menyoroti tindakan online abuse yang marak terjadi di tengah berjalannya kompetisi Liga 1 2021/2022.

Tindakan online abuse atau kekerasan di dunia maya bisa menimpa siapapun di era digital saat ini termasuk timnya PSIS Semarang.

Menurut Junianto, panggilan akrabnya, sebuah kritikan atau masukan untuk tim kebanggaan seperti PSIS Semarang saat tengah di bawah performa memang hal yang cukup wajar mengingat itu merupakan sebuah gambaran rasa sayang dari fans.

Namun berbeda jika yang disampaikan itu lontaran-lontaran yang kurang sedap dan terus dilakukan berulang-ulang.

Baca Juga: Ramalan Zodiak 20 Januari 2022: Waktunya Scorpio Melebarkan Sayap, Sagitarius Perlu Identifikasi Cinta

“Saya sangat setuju kritik atau istilah jawanya maido karena itu dinamika suatu klub sepak bola sebagai checks and balance."

"Tapi kalau sampai keterlaluan dan bahkan memengaruhi psikologi atlet atau pemain juga bisa dianggap sebagai sebuah kejahatan di dunia maya atau istilahnya online abuse. Itu saya sangat tidak setuju,” tuturnya di sela sela kesibukannya sebagai pengusaha di Surabaya, Kamis 20 Januari 2022.

Pemilik Wahyu Agung Grup ini juga mengatakan bahwa kejadian online abuse selama ini dibiarkan berulang dan dianggap sebagai sebuah hal yang cukup wajar.

Baca Juga: Migrasi TV Digital: Beberapa Negara Ini Sukses Lakukan ASO, Mana Saja?

Namun dirinya meminta kepada warganet untuk dapat mengontrol kritikan atau komentar.

“Tindakan online abuse jangan sampai jadi hal yang diwajarkan. Apalagi kalau sampai terus menyerang personal pemain, official, atau siapa pun itu. Kritik atau maido dengan hal yang membangun. Support atau dukungan dari suporter itu sangat dibutuhkan oleh adek-adek pemain,” jelasnya.

Pihaknya mencontohkan sebelumnya ada beberapa atlet bulutangkis di Indonesia yang menjadi dampak online abuse karena performanya turun dan menyerang hingga bentuk tubuh sang atlet.

“Sebelumnya ada juga kan, atlet bulutangkis kita performanya turun dan warganet menyerang bentuk tubuh, menyerang melalui kata-kata tidak pantas kepada atlet. Itu hal yang tidak benar,” tandasnya.***

Editor: Andika Primasiwi

Tags

Artikel Terkait

Terkini

X