Pekerja Seni Itu Butuh Ruang Ekspresi, bukan Sekadar Bantuan Finansial

Red
- Senin, 8 Maret 2021 | 21:30 WIB
(suaramerdeka.com/dok)
(suaramerdeka.com/dok)

SEMARANG, suaramerdeka.com - Bagi seniman sejati, di saat pandemi ini kebutuhan ruang ekspresi dalam berkesenian lebih penting ketimbang sekadar bantuan finansial.

Wacana itu mengemuka pada diskusi budaya bertopik Kesenian Tradisional Tantangan dan Harapan di Studio Berlian-TV DPRD Jateng, Senin (8/3). Acara yang juga disiarkan Pro 4 RRI Semarang, JFM dan PAS FM itu dipandu Roshi (Pro 1 RRI).

Pengamat seni tradisi dan penulis buku, Bambang Iss Wirya sebagai nara sumber berkata, bahwa pandemi bukan akhir dari karier seniman tradisi. "Tetapi justru mereka bersemangat membuat terobosan misalnya masuk ke ruang-ruang digital," kata Bambang Iss Wirya.

Tapi, masih kata Bambang Iss, harapan dari para pekerja seni itu adalah bisa kembali tampil secara langsung meski pentontonnya dibatasi dan harus berjarak. "Pentas virtual tidak ada ikatan emosi dengan penontonnya," katanya.

Muh Zen dari Komisi E DPRD Provinsi Jateng yang juga tampil sebagai pembicara mengatakan, sebagai wakil rakyat yang mengurusi kesejahteraan sosial, pihaknya banyak menerima keluhan dari para seniman. "Kami berjanji akan terus mendampingi pelaku seni, setidaknya menjadi penghubung dengan pemerintah. Dalam persoalan ini kehadiran negara penting dalam memikirkan nasib para seniman. Pemerintah akan kami minta agar gunakan azas pemerataan. Seniman tradisi juga harus diberi perhatian bukan hanya seniman moderen saja," kata Muh Zen.

Ihwal dana hibah untuk perkumpulan seni yang pernah digelontorkan pemprov tapi kemudian berhenti sejak 2015, DPRD merasa tidak menghentikan program itu. "Tampaknya harus kembali dibangun komunikasi yang baik antara seniman dengan pemerintah," kata Muh Zen.

 

Editor: Nugroho

Tags

Terkini

X