Untungkan Petani, Peneliti Unnes Dorong Penerapan Sistem Maro

- Kamis, 26 Agustus 2021 | 11:18 WIB
Lahan pertanian. (suaramerdeka.com / dok)
Lahan pertanian. (suaramerdeka.com / dok)

SEMARANG, suaramerdeka.com - Tim peneliti dari mahasiswa Universitas Negeri Semarang (Unnes) mendorong sistem maro pada lahan pertanian bisa diterapkan di banyak desa.

Hasil penelitian yang dilakukan pada lahan pertanian berkelanjutan di Desa Tlawon, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah, sistem ini dinilai mampu meningkatkan kesejahteraan petani.

Pasalnya, rasio pembagian hasil pertanian antara petani pemilik dan petani penggarap adalah 1/2 : 1/2.

Tim peneliti yang tergabung dalam Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) Riset Sosial Humaniora Kemendikbudristek ini terdiri dari Annisa Ambarwati, Reza Ayu Kusuma, Windy Puji Astuti (Pendidikan Akuntansi), dan Yoga Adi Pratama (Pendidikan Matematika).

Baca Juga: Mahasiswa Pelaku Joget di Mobil Ambulans Akui Perbuatannya Dilakukan Spontan

Selama penelitian, mereka di vawah bimbingan dan arahan dosen Fakultas Ekonomi Unnes, Nurdian Susilowati. Nurdian menjelaskan, terdapat ciri khas yang membedakan sistem maro di Desa Tlawong dibanding desa lain.

Yakni menyangkut hak dan kewajiban petani penggarap menanggung seluruh biaya pengelolaan serta memiliki kuasa penuh terhadap jenis tanaman yang akan ditanam.

"Sedangkan petani pemilik membantu membeli pupuk dengan menggunakan kartu tani dan membayar pajak. Dengan penggunaan sistem maro ini diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa, khususnya para petani," jelasnya, Kamis (26/8).

Dalam mengelola sawah, para petani menggunakan pupuk organik yang mereka buat sendiri menggunakan bahan-bahan sisa makanan dengan ditambahkan katalis.

Baca Juga: Mahfud MD Minta Para Obligor dan Debitur Kooperatif: Jika Mangkir Dimaknai Melanggar Hukum

Dengan demikian mereka dapat menekan biaya pengelolaan lahan.

"Tim peneliti berharap, model sistem maro dapat diterapkan di desa lain guna meningkatkan kesejahteraan para petani. Sebab, model sistem maro memiliki banyak keunggulan," imbuhnya.

Sebagai contoh, pada saat musim hama, para penggarap yang melakukan sistem sewa akan mengalami kerugian karena sudah menghabiskan modal yang cukup banyak, seperti untuk sewa lahan dan juga biaya pengelolaannya.

Pada sistem maro dapat menanggung seluruh biaya yang dikeluarkan oleh para petani serta apabila rugi akan ditanggung bersama-sama.

"Untuk dapat meng-cover biaya tersebut juga tidak terlepas dari penerapan pertanian berkelanjutan yakni dengan menggunakan pupuk organik. Di samping itu juga ketika hama tikus merebak para petani di Desa Tlawong bergotong royong untuk membasmi tikus secara bersama," paparnya.

Halaman:

Editor: Andika Primasiwi

Tags

Artikel Terkait

Terkini

X