Anak Tetap Harus Dibiasakan Siap di Pagi Hari

- Kamis, 22 Juli 2021 | 23:49 WIB
Dra Sri Sumijati (Muh Arif Prayoga)
Dra Sri Sumijati (Muh Arif Prayoga)

SEMARANG, suaramerdeka.com Pembelajaran daring tidak lantas boleh membuat anak usia sekolah tidak siap untuk menghadapi aktivitas belajar.

Kebiasaan untuk bersiap-siap di pagi hari ke sekolah, masih tetap harus dibiasakan kepada anak-anak tersebut.

Mulai dari mandi pagi, sarapan, menyiapkan materi belajar, hingga gadget yang akan digunakan bagi pembelajaran.

Baca Juga: Dies Natalis Ke-21, Unwahas Gelar Tabligh Akbar Bersama Gus Baha

Menurut Psikolog dari Fakultas Psikologi Unika Soegijapranata, Dra Sri Sumijati, kebiasaan harian itu diperlukan lantaran konsep daring juga memiliki aktivitas yang relatif sama seperti saat berangkat sekolah untuk menghadapi pembelajaran tatap muka (PTM).

Ada jadwal dan aktivitas belajar yang rutin berlangsung setiap harinya.

''Ini termasuk pembelajaran bagi siswa TK yang baru saja masuk SD, karena mereka belum pernah merasakan aktivitas belajar sekolah dalam dua tahun masa pandemi ini. Jadi, aturan-aturan bangun di pagi hari dan mengikuti aktivitas belajar sekolah jam berapa harus diberitahukan. Termasuk memberi pengetahuan mengenai sekolah itu apa, perkenalan dengan teman-teman baru, dan cara belajar secara daring. Mereka juga harus diberitahu agar mengenakan seragam sekolah, diingatkan jam belajarnya, diberitahu untuk mengerjakan tugas-tugasnya dan lain-lainnya,'' ujar dia, Kamis (22/7).

Baca Juga: SMP Negeri 1 Pabelan, Pilot Proyek Sekolah Penggerak

Orangtua pun tidak jarang akan menghadapi sejumlah pertanyaan dari anak mereka.

Misalnya, kalau bersekolah kenapa hanya di rumah saja dan tidak bertemu teman-temannya.

Hal-hal semacam ini yang harus diberikan pemahaman kepada anak, agar mereka tetap bersemangat dan siap untuk mengikuti kegiatan belajar secara daring.

''Mereka harus didampingi saat belajar daring, diberitahu caranya menyapa teman-teman barunya. Tentunya, ini akan berbeda jika anak tersebut baru masuk SMP ataupun SMA. Setidaknya, mereka sudah pernah merasakan pembelajaran secara daring pada tahun sebelumnya. Kemudian, nalar berpikirnya pun sudah cukup matang, tentunya tidak begitu susah saat membimbing anak usia sekolah tersebut,'' tambah Dra Sri Sumijati, yang saat ini tengah menekuni bidang Psikologi Perkembangan dan Klinis Anak.

Editor: Nugroho Wahyu Utomo

Tags

Artikel Terkait

Terkini

X