Lewat Jalan Keaksaraan, Ubah Desa Tinggi Buta Aksara Menjadi Desa Berdaya

- Jumat, 9 Juli 2021 | 06:30 WIB
Kepala PKBM Tunas, Umi Salamah (kedua dari kanan) saat menerima kunjungan dari Kepala Dinas Pendidikan Banyumas, Irawati (tengah) beserta rombongan.(suaramerdeka.com / dok)
Kepala PKBM Tunas, Umi Salamah (kedua dari kanan) saat menerima kunjungan dari Kepala Dinas Pendidikan Banyumas, Irawati (tengah) beserta rombongan.(suaramerdeka.com / dok)

PERISTIWA suatu siang 2000 itu masih terngiang dalam ingatan Umi Salamah (62), Ketua Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) Tunas Banjarsari, Kecamatan Ajibarang, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah.

Saat itu ia bermaksud menjemput salah satu warga belajar perempuan peserta program Kejar Paket B karena tidak berangkat ujian di hari kedua.

"Hari pertama ia (perempuan warga belajar, red) dijemput rekan tutor PKBM. Awalnya ia tak diperbolehkan ikut ujian Paket B oleh calon suaminya."

"Ia harus adu mulut dulu sebelum akhirnya berangkat ikut ujian di hari pertama. Tetapi ternyata hari kedua tak berangkat lagi. Jadi gantian saya yang ke sana menjemput," kisah Umi yang mulai merintis PKBM Tunas sejak tahun 1997.

Baca Juga: Polres Purbalingga Lakukan Penyekatan 9 Ruas Jalan, Dukung Gerakan Purbalingga di Rumah Saja

Sesampai di rumah warga belajar itu, Umi mendapati adu mulut terjadi lagi antara warga belajar perempuan dengan calon suaminya.

Parahnya tak berselang lama, calon suami warga belajar itu mengambil  dan mengacung-acungkan parang kepada Umi Salamah. Merasa nyawanya terancam Umipun lari lintang pukang.

"Melihat itu saya langsung lari  karena panik. Ya, saya gagal mengajak serta warga belajar saya ikut ujian hari kedua."

"Beberapa hari saat saya telusuri data daftar sasaran program pengentasan buta aksara, ternyata diketahui kalau si calon suami warga belajar yang mengacungkan parang itu adalah salah satu dari warga buta aksara," ujarnya sambil mengelus dada dan berkaca-kaca.

Baca Juga: WFH Karyawan, Ganjar: Kita Harus Taat Kurangi Mobilitas

Setelah kejadian itu, Umi menyadari betapa buta aksara dan putus sekolah adalah masalah nyata dan kompleks yang dihadapi desanya.

Dari data Dinas Pendidikan Kabupaten Banyumas, di Desa Banjarsari di tahun 2000, terdapat sekitar 385 warga usia produktif (15-60 tahun) yang tidak sekolah atau drop out mulai dari Kelas I sekolah dasar.

Lalu, warga usia 60 tahun ke atas jumlahnya 275 orang.

"Saya menyadari betul, data itu begitu nyata. Ternyata benar ada banyak sasaran garapan. Maka saya dan rekan tutor di PKBM bertekad harus bergerak menggarap ini mulai dari program keaksaraan fungsional hingga kejar paket," jelas mantan Guru BK SMP Swasta itu.

Baca Juga: PPKM Darurat Diharap Tekan Kasus Covid-19

Halaman:

Editor: Andika Primasiwi

Tags

Artikel Terkait

Terkini

X