YOGYAKARTA, suaramerdeka.com - Mahasiswa Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) menyeru masyarakat untuk tidak menggunakan produk-produk plastik sekali pakai, termasuk galon sekali pakai yang ada di pasaran.
Mereka beralasan, kehadiran produk-produk kemasan plastik sekali pakai ini akan menambah semakin rumitnya penyelesaian masalah sampah plastik di Indonesia yang sudah sangat merusak lingkungan.
Seperti diketahui, dalam Peraturan Presiden Nomor 97 Tahun 2017 tentang Kebijakan dan Strategi Nasional Pengelolaan Sampah Rumah Tangga, Pemerintah menetapkan target 100 persen sampah terkelola dengan baik dan benar pada tahun 2025.
Target ini diukur melalui pengurangan sampah sebesar 30 persen, dan penanganan sampah sebesar 70 persen.
Baca Juga: Jatah Oksigen DIY Ditambah Tiga Kali Lipat
Mahasiswa Departemen Kesehatan Mental dan Lingkungan Masyarakat (Kesling) UNY, Tama mengatakan penolakan terhadap penggunaan galon sekali pakai itu dilakukan karena kehadirannya akan semakin membahayakan lingkungan.
“Seperti halnya kemasan-kemasan plastik sekali pakai yang lain, kehadiran galon sekali pakai ini akan sangat menambah bahaya terhadap lingkungan. Plastik-plastik ini kan sangat susah terurai, jadi akan semakin mencemari lingkungan dan sangat berbahaya,” ujarnya.
Karenanya, Tama menyampaikan salah satu program Departemen Kesling UNY akan berusaha meminimalkan anggapan bahwa galon sekali pakai lebih baik dari galon guna ulang yang ramah lingkungan.
“Jadi, kami mengimbau supaya seluruh masyarakat agar tidak menggunakan galon sekali pakai ini,” katanya.
Baca Juga: PPKM Darurat Diterapkan, Sandiaga Uno: Tantangan untuk Menghadirkan Kebijakan Tepat Sasaran
Salah satu upaya yang dilakukan Departemen Kesling UNY untuk menyosialisasikan gerakan “Tolak galon sekali pakai” ini adalah melalui webinar pada Sabtu malam (3/7) dengan menghadirkan narasumber seorang mahasiswa Doktor Ilmu Lingkungan UGM, Cynthia Permata Sari, S.Si., M.Ling.
Dalam paparannya, Cynthia menyampaikan bahwa kehadiran produk kemasan air galon sekali pakai ini hanya akan meningkatkan penumpukan sampah plastik di Tempat-tempat Pembuangan Akhir (TPA).
Padahal, kondisi saat ini saja sudah menunjukkan banyaknya TPA yang kelebihan kapasitas.
“Jadi, saya memastikan kehadiran produk baru air kemasan galon sekali pakai ini pasti berpengaruh terhadap lingkungan, tidak hanya lingkungan fisik tapi juga lingkungan sosial,” ujarnya.
Dia mengatakan produsen produk air kemasan galon sekali pakai ini masih menggunakan framework lama yang menganut prinsip perekonomian linear, yaitu “take-make-waste” (mengambil – memproduksi – membuang sampah begitu saja).
Artikel Terkait
Pendiri AJI Pertanyakan Penelitian Ilmiah JPKL soal BPA Galon Guna Ulang
Uji Lab terbaru BPOM 2021 Pastikan Galon Guna Ulang Tetap Aman