SEMARANG, suaramerdeka.com - Untuk mengoperasikan GeNose, alat tes diagnosis cepat Covid-19 buatan UGM, sekolah Nasima menyiapkan 12.700 kantong plastik. ‘’Tahap pertama kami, dikirim 12.700 kantong plastik.
Ini untuk semua semua satuan pendidikan KB-TK, SD, SMP, SMA Nasima. Untuk SD paling banyak, yakni 7000 plastik. Nanti kalau habis pesan lagi,” kata Ketua Pengurus Yayasan pendidikan Islam (YPI) Nasima Dr Indarti MPd, kemarin.
Baca Juga: Pensiun MotoGP, Valentino Rossi: Hanya Imajinasi Jurnalis Terlalu Tinggi
Dia mengatakan hal itu saat memberikan keterangan pers dalam pelaksanaan simulasi penggunaan GeNose di Kampus SD Nasima, Jalan Puspanjolo Selatan Semarang. Saat memberikan keterangan pers, Indarti didampingi Kepala SD Nasima Teye Rahardja SPd, Direktur Litbang Supramono MPd dan Direktur Humas dan Publikasi Muhson MM.
Menurut Indarti, menyambut tahun ajaran baru 2021-2022 dan masa kenormalan baru di dunia pendidikan, YPI Nasima Semarang, yang merupakan peenyelenggara satuan pendidikan KB-TK, SD, SMP, SMA, akan melanjutkan pembelajaran dalam jaringan (daring) dengan diselingi pembelajaran luar jaringan (Luring) atau tatap muka terbatas.
Baca Juga: KPK Awasi Pemerintah Kota Semarang
‘’Pembelajaran Luring terbatas dilaksanakan sesuai pedoman dari dinas pendidikan, yaitu diikuti maksimal 25 persen atau 50 persen jumlah peserta didik, dua kali dalam seminggu, masing-masing selama 2 jam, dan tetap dilaksanakan protokol kesehatan secara ketat,’’ katanya.
Dalam pelaksanan Luring, menurutnya izin orang tua menjadi hal yang paling utama. Sesuai siatuasi kondisi masing-masing, orang tua dapat memilih opsi pembelajaran daring diselingi pembelajaran Luring terbatas atau memilih opsi pembelajaran daring saja bagi anak-anak.
Dikatakan Indarti, sekolah Nasima Semarang yang dikenal dengan sekolah Merah Putih telah menyiapkan beberapa langkah inovatif. Pembelajaran daring berkualitas menggunakan platform Microsoft Office 365 tetap menjadi pilar utama. Sebagai Microsoft Showcase di Indonesia. sekolah Nasima terbukti mampu survive dalam pembelajaran daring yang terjdwal rapi di kelas-kelas virtual.
Sumber dan media pembelajaran digital dikreasi para guru serta disediakan secara memadai, pendidikan karakter diintegrasikan dan berbagai kegiatan daring edukatif dilaksanakan sebagai penyempurna.
Model Blended
Indarti menjelaskan, untuk melayani peserta didik yang diizinkan ikut pembelajaran daring plus Luring terbatas dan peserta didik yang hanya bisa ikut pembelajara daring saja. sekolah Nasima memilih model Blended Hybrid Learning, gabungan antara model Blended Learning dan Hybrid Leraning.
‘’Blended Learning adalah model pembelajaran yang mengkombinasikan antara pembelaran tatap muka di kelas nyata dengan pembelajaran daring di kelas virtual dan belajar mandiri,’’ katanya.
Hybrid Learning adalah model pembelajaran yang memanfaatkan perangkat teknologi dan internet untuk mencapai tujuan pembelajaran, baik melalui pembelajaran tetap muka di kelas maupun pembelajaran daring.
Baca Juga: Hendi Komitmen Cegah dan Berantas Korupsi
“sekolah Nasima di semua jenjang (KB-TK, SD, SMP, SMA) memadukan kedua model tersebut, sehingga pembalajaran Luring dan daring dapat dilaksanakan sekaligus dalam satu waktu (Blended-Hybrid Learning),” katanya.
Ketika ada jadwal tetap muka terbatas di suatu kelas, kata dia, guru dapat melaksanakan pembelajaran serentak bersama peserta didik yang hadir di kelas maupun peserta didik yang ada di rumah.
Adapun persiapan yang dilakukan sekolah Nasima secara sistematis untuk menerapkan model Blended-Hybrid Learning adalah Pertama; menyusun panduan pelaksanaan, Kedua; menfasilitas dan memastikan semua guru dan tenaga kependidikan sudah divaksinasi Covid-19 secara lengkap.