SEMARANG, suaramerdeka.com - Universitas PGRI Semarang (UPGRIS) menyelenggarakan Festival Rebana untuk memeriahkan rangkaian kegiatan Dies Natalis perguruan tinggi tersebut ke-41.
Rektor UPGRIS Dr Sri Suciati menilai, pendidikan karakter pelajar atau santri bisa dibangun dengan berbagai pendekatan, salah satunya melalui kesenian rebana.
Terlebih, rebana yang jadi kesenian khas Islam ini bisa dinikmati segala lapisan masyarakat, baik anak-anak, remaja, dewasa hingga orang tua.
Baca Juga: Prakiraan Cuaca Semarang 27 Juni 2022: Berawan, Ada Potensi Diguyur Hujan Ringan
"Kesenian ini pun kini tak hanya dimainkan oleh-oleh kalangan santri, namun juga masyarakat umum. Bahkan belakangan mulai populer lagi hingga ke negara luar," kata Suciati setelah membuka kegiatan di Balairung UPGRIS, Minggu 26 Juni 2022.
Ketua Dies Natalis UPGRIS, Dr Seno Warsito mengatakan, kesenian rebana tidak hanya sebagai pendukung acara keagamaan di lingkup pesantren.
Saat ini kesenian rebana juga mulai dikembangkan dalam berbagai bentuk dan fungsi.
"Termasuk juga untuk seni komersial yang berkontribusi memberikan kelangsungan grub rebana itu sendiri. Melalui acara ini, kami punya maksud memberikan apresiasi terhadap karya tradisional yang sudah ada sejak abad ke-14," ujarnya.
Festival ini diikuti 12 finalis grub rebana dari berbagai daerah di Jawa Tengah, yakni Kota Semarang, Grobogan, Pekalongan, Kendal, Tegal, Rembang dan sejumlah daerah lain.
Artikel Terkait
Resmi Jabat Rektor UPGRIS Periode 2022-2026, Ini Komitmen dari Sri Suciati
UPGRIS Kirim 151 Atlet di Porsenasma, Ikuti 22 Cabang Olahraga
Dulang 44 Medali, UPGRIS Tembus Empat Besar Porsenasma
UPGRIS Siap Fasilitasi Tenaga Kependidikan
UPGRIS Apresiasi Mahasiswa Atlet Beprestasi di Beberapa Ajang Olahraga