Cegah Perundungan, Deklarasi Sekolah Ramah Anak Perlu Dikuatkan Lagi

- Sabtu, 28 Mei 2022 | 07:15 WIB
Wali Kota Semarang, Hendrar Prihadi saat deklarasi sekolah ramah anak di halaman SMPN 21 Semarang, beberapa waktu lalu. (suaramerdeka.com/dok)
Wali Kota Semarang, Hendrar Prihadi saat deklarasi sekolah ramah anak di halaman SMPN 21 Semarang, beberapa waktu lalu. (suaramerdeka.com/dok)

SEMARANG, suaramerdeka.com - Kasus kekerasan yang dilakukan siswi SMP kepada temannya di Alun-alun Masjid Agung Semarang, baru-baru ini menjadi pembelajaran bersama.

Dosen Psikologi Sosial, Unika Soegijapranata, Budi Susetyo mengatakan, kekerasan yang terekspos karena direkam video ini seperti menjadi puncak gunung es.

"Kasus kekerasan di sekolah sebetulnya antara yang terekspos dan tersembunyi. Untuk menyikapinya jangan hanya bersikap reaktif, ketika kejadian itu terekspos. Namun juga perlu ada langkah preventif yang terus menerus agar kekerasan dan bullying di sekolah tidak terjadi kembali,'' ujar Budi Susetyo, kemarin.

Dia menambahkan, mengeluarkan siswa yang terlibat pengeroyokan bisa saja dilakukan kalau memang ada aturannya.

Baca Juga: Lurah Hebat: Kelurahan Lempongsari Respon Cepat dan Tangani Aduan Masyarakat

Apalagi memang sudah terbukti, namun hal tersebut akan kurang tepat bila tidak didahului pendampingan terlebih dulu.

Dikeluarkan, menurutnya, tidak menjamin memberikan efek jera bagi pelaku.

Bisa jadi nanti ada potensi akumulasi dendam.

Dengan dikembalikan kepada orang tuanya, apakah keluarga bisa melakukan pembinaan juga tidak jaminan.

Baca Juga: Santer Disebut Bakal Dipecat, Mauricio Pochettino Yakin Bertahan di PSG

"Seandainya dikeluarkan, siswa tersebut juga akan kesulitan mencari sekolah lagi karena tidak ada sekolah yang mau menerima. Mereka akan frustrasi. Jadi perlu sebuah hukuman yang memberikan solusi," imbuhnya.

Sekolah Ramah Anak yang dideklarasikan di berbagai sekolah di Kota Semarang juga perlu dikuatkan lagi.

Pasalnya, kekerasan di sekolah atau di manapun memiliki basis struktural dan kultural.

Karenanya, perlu pendekatan makro yang sifatnya struktural dan kultural, untuk saling mengargai dan menghormati di sekolah.

Baca Juga: Intip Rekor Liverpool di Final Liga Champions: Sukses Menang 6 Kali, Baru Telan 3 Kekalahan

Halaman:

Editor: Andika Primasiwi

Tags

Artikel Terkait

Terkini

Dosen USM Beri Pelatihan Ini ke Pelajar SMA

Jumat, 2 Juni 2023 | 17:14 WIB

SMPN 32 Semarang Siapkan Barcode Aduan Bullying

Selasa, 23 Mei 2023 | 20:45 WIB
X