SEMARANG, suaramerdeka.com - Jika selama ini batik identik dengan kota-kota seperti Solo, Jogja, Lasem atau Pekalongan, lantas adakah batik yang asli Semarang?
Pertanyaan itu mendasari para siswa Dreamlight Creative School (DLCS) Ungaran Kabupaten Semarang atau SMK Visi Media Indonesia (VMI) menelusuri keberadaan batik Semarang.
Para siswa itu tergabung dalam tim peliput program budaya di televisi nasional dalam acara "Gayeng Bareng ning Semarang" yang sedang dalam penggarapan.
Baca Juga: Bikin Merinding! Ternyata Ini Arti dan Makna Lirik Lagu 'Dhat' dalam Fillm KKN di Desa Penari
Akhir pekan ini para siswa DLCS mengunjungi Kampung Batik di Kelurahan Rejomulyo, Semarang Timur, menemui para perajin dan pengusaha batik.
"Batik asli Semarang itu bukan yang bermotif ikon kota seperti Lawangsewu atau Tugumuda, tapi bermotif flora fauna," kata Eko Haryanto, perajin dan pelestari batik Semarangan, Sabtu 21 Mei 2022.
Lanjut Eko Haryanto, Konsep batik asli Semarang itu sampai kini tersimpan di Belanda dan Amerika.
Baca Juga: Pemkot Semarang Rencanakan Wisata Religi Terintegrasi ke Beberapa Makam Ulama
Ada tiga fase perkembangan batik di Semarang. Yakni tahun 1800-an, 1940-an dan 2000-an.
Dalam produksi batik tradisional pada 1945 ada pengaruh budaya China (pesisiran) dan keraton.
Artikel Terkait
Lomba Busana Tokoh Nasional, Cara SMK VMI Rayakan HUT Ke-76 Proklamasi Kemerdekaan RI
DLCS Berproses Menuju Perubahan, dari Pola Konvesional ke Sekolah Kreatif
Batik Pengrajin Blitar Dipesan Pemain NBA Justin Holiday, Begini Kronologinya
Juara Putra Putri Batik Tenun Lurik 2022 Jawa Tengah Siap Mengikuti Lomba Model Nasional
Program 'Gayeng Bareng ning Semarang', Siswa DLCS Mulai Pengambilan Gambar