SLEMAN, suaramerdeka.com - Pemerintah tengah menggaungkan konsep merdeka belajar. Gagasan itu direspon salah satunya lewat kurikulum prototipe.
Kehadiran kurikulum yang tekstual dan adaptif itu akan mampu mengakomodir kebutuhan guru dalam mengembangkan talenta siswa.
Namun di lain sisi, pengajar yang masih berpegang pola pemikiran lawas bahwa belajar sekedar mengejar target akademik bakal kewalahan mengimplementasikan kurikulum baru tersebut.
"Untuk mewujudkan merdeka belajar, SDM pengajar dan kepala sekolah harus mengubah mindset. Kalau masih bertahan dengan pola lama, hanya akan mengejar hardskill padahal dibutuhkan juga softskill dan pengembangan karakter," kata Dirjen Pendidikan Vokasi Kemendikbudristek RI Wikan Sakarinto disela Festival Sekolah Menyenangkan di BBPPMPV Seni dan Budaya Yogyakarta, Senin, 20 Desember 2021.
Baca Juga: Siap-Siap Kaya, Ini 7 Weton yang Diprediksi Selalu Mujur dan Rezekinya Luas
Melalui kerjasama dengan Gerakan Sekolah Menyenangkan (GSM) ini, pihaknya ingin mensinergikan kebijakan link and match dengan kurikulum prototipe.
Contoh hasilnya bisa dilihat dari lahirnya beberapa kepala sekolah inspiratif yang mendapat penghargaan.
"Kerjasama ini perlu dijalin. Sebab kami khawatir jika kurikulum baru itu dioperasikan oleh guru yang tidak paham tentang konsep pendidikan yang memanusiakan manusia, jatuhnya akan jadi kurikulum yang terlalu mengorientasikan hardskill," paparnya.
Festival Sekolah Menyenangkan ini diikuti sejumlah sekolah dari berbagai daerah di Indonesia.
Baca Juga: Sambut Sang Cucu, Ini Harapan dan Doa Krisdayanti di Acara 7 Bulan Aurel Hermansyah
Artikel Terkait
Kebijakan Pendidikan Minim Kajian Akademis, Sosialisasi Merdeka Belajar Dibutuhkan
Akademisi: Nilai Kebangsaan dengan Merdeka Belajar Memiliki Hubungan yang Mendatangkan Manfaat
Dekonstruksi Merdeka Belajar
Merdeka Belajar Tingkatkan Mutu Pembelajaran Matematika
BSI Bangun Sinergi Bersama Polines, Songsong Era Merdeka Belajar
Program Merdeka Belajar: Perlu Ukuran Tepat Penilaian Aktivitas Mahasiswa