Prof Evi Fitriani Dikukuhkan Jadi Guru Besar Ilmu Hubungan Internasional Universitas Indonesia

- Sabtu, 13 November 2021 | 15:00 WIB
Prof Evi Fitriani PhD. (suaramerdeka.com / dok)
Prof Evi Fitriani PhD. (suaramerdeka.com / dok)

JAKARTA, suaramerdeka.com - Universitas Indonesia hari ini mengukuhkan Prof Evi Fitriani MA PhD sebagai Guru Besar dalam Ilmu Hubungan Internasional, sekaligus menjadi Guru Besar Perempuan Pertama dalam Ilmu Hubungan Internasional di Indonesia.

Pengukuhan Prof Evi Fitriani sebagai Guru Besar melalui sidang terbuka berbarengan dengan pengukuhan empat Guru Besar Lain dari beberapa Fakultas Universitas Indonesia .

Dalam pidato pengukuhannya sebagai Guru Besar Hubungan Ilmu Internasional Universitats Indonesia, Prof Evi Fitriani PhD menyampaikan pidato berjudul “Membangun Perspektif Indonesia Dalam Perspektif Ilmu Hubungan Internasional”.

“Dalam upacara Pengukuhan Guru Besar ini, saya memfokuskan perhatian terhadap masalah yang dihadapi Indonesia sebagai salah satu negara dalam sistem internasional dan masalah dalam ilmu hubungan internasional yang berkembang di Indonesia,” kata Prof Evi Fitriani.

Baca Juga: Kinerja Kepala Sekolah Bagian dari Pencapaian Prestasi Satuan Pendidikan

Prof Evi Fitriani memaparkan bahwa perjuangan Indonesia untuk mewujudkan cita-cita kemerdekaan.

Terutama untuk ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial sangat mulia dan ideal, namun tidaklah mudah.

Tekanan struktural dalam sistem internasional dan berbagai masalah domestik menghambat Indonesia.

Namun pembahasan tentang keterbatasan Indonesia juga menguak kelebihan dan kekuatan Indonesia sebagai negara berkembang yang harus bermanuver dalam hubungan internasional di tengah power politics yang umum terjadi dalam sistem internasional.

Baca Juga: Jake Gyllenhaal Jadi Trending Topic Setelah Taylor Swift Merilis Lagu Barunya, 'All Too Well'

“Kekuatan dan kelebihan Indonesia - dan negara berkembang lainnya - selama ini jarang dapat diidentifikasi dan difahami dalam ilmu hubungan internasional karena dominasi Western-centric dan fokus pada negara besar dalam ilmu ini."

"Karena itu diperlukan perspektif Indonesia yang lebih mampu menangkap, menerjemahkan dan memahami karakteristik-karakteristik khusus dari negara yang bukan negara Barat dan bukan negara besar. Mungkin perlu dibangun Depok School of International Relations yang sejajar dengan English School, Frankfurt School maupun Copenhagen School,” papar Prof Evi Fitriani.

Prof Evi Fitriani berharap semoga gagasan ini menginspirasi generasi muda pemikir-pemikir ilmu hubungan internasional di Universitas Indonesia dan di universitas- universitas lain Indonesia maupun di negara-negara sejenis.

"Semoga Ilmu Hubungan Internasional yang berkembang di Indonesia mampu mendukung Indonesia dalam mencapai tujuan kemerdekaannya, terutama untuk ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial," katanya.

Baca Juga: DRiM 2021: AAJI Fokus Bahas Penguatan Transformasi dan Inovasi Digital Asuransi Jiwa

Halaman:

Editor: Andika Primasiwi

Tags

Artikel Terkait

Terkini

X