JAKARTA, suaramerdeka.com - Selera politikus dalam memilih mobil sebagai tunggangan pribadi ternyata tidak semuanya sama. Mayoritas lebih suka yang classy atau elegan seperti sedan. Namun, ada juga yang suka dengan tampilan adventure yang garang dan berbau khas militer.
Salah satunya Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) yang lebih senang mengendarai mobil jenis double cabin merk Nissan Navara warna hitam. Mobil yang sudah lumayan dimodif oleh suami Anisa Pohan itu pun sempat dipuji oleh Mensesneg Pratikno.
“Mobilnya garang mas AHY,” ujar Pratikno pada saat AHY mengunjungi kantor Mensesneg, untuk mengantarkan undangan peresmian berdirinya The Yudhoyono Institute.
Biasanya, bagi para prajurit aktif ataupun mantan tentara, memiliki mobil garang memang menjadi semacam obsesi tersendiri. Jika perlu, mobil-mobil tua pun dimodifikasi ulang. Terbukti, sampai sekarang, masih banyak purnawirawan TNI yang menyimpan jip-jip militer klasik. Salah satunya, almarhum Jenderal TNI Purn. Sarwo Edhie Wibowo, Jenderal TNI Purn. Ryamizard Ryacudu dan Letjen TNI Purn. J. Suryo Prabowo masih menyimpan Jeep Utility jenis M151 A2, sang legendaris dalam Perang Dunia II.
Namun, sebelum bisa membeli Nissan Navara, mobil pertama yang dibeli oleh AHY adalah kendaraan bekas, Kijang kapsul, keluaran tahun 90-an akhir. Tapi mobil ini tidak hanya dipakai sendiri.
AHY mempersilakan anggotanya memakai mobil tersebut jika ada yang sakit atau ada istri anggota yang mau melahirkan. Karena saat itu ia ditugaskan di Batalyon Infanteri Lintas Udara Kostrad 305/ Tengkorak di Karawang, Jawa Barat.
Lalu siapakah yang pertama kali mengajarkan AHY nyetir? Ternyata almarhumah Ny. Ani Yudhoyono. Mobil pertama yang disupiri adalah sedan Mitsubishi Lancer warna putih tahun 1990-an, lungsuran dari alm. Letjen TNI Purn. Sarwo Edhi Wibowo, ayahanda bu Ani.
Tapi sejak saat itu, AHY justru jarang berada dibalik kemudi. Ia bersekolah di SMA Taruna Nusantara, Magelang, yang melarang para siswanya membawa mobil ke sekolah. Setelah itu, ia melanjutkan pendidikan ke Akademi Militer di Magelang, yang juga melarang para tarunanya membawa kendaraan ke akademi.