Saat perjalanan ada sebuah panggilan telepon masuk. Dengan satu sentuhan jari di layar dashboard, Krisna mengangkat panggilan itu. Salah satu klien Krisna menanyakan sesuatu yang berkaitan dengan pekerjaannya. Semua seperti berada pada working space berjalan.
“Tidak perlu menempelkan handphone di telinga kan. Sambil nyetir ya sambil kerja, ini tidak mengganggu konsentrasi saya mengemudi. Saya biasa mendengarkan radio juga, biar tahu berita terkini. Kalau ingin lagu, tinggal setel musik, setel youtube melalui perintah suara,” papar penghobi Hot Wheels ini.
Cek Tekanan Ban
Mobil ini terasa redam, meskipun dengan kecepatan rata-rata 130 kilometer/jam dan bisa lebih. Setengah perjalanan, kami mengecek kondisi tekanan angin pada ban melalui layar di dashboard. Secara otomatis, gambaran kondisi ban juga bisa tampil di layar speedometer, tepat di depan pengemudi.
“Tekananya roda depan belakang ini terlihat 2.4 bar setara 34 psi dengan rata-rata suhu 43 derajat celcius. Kalau gambaran ban menyala warna kuning, biasanya pada kisaran tekanan 20, mobil akan memberi peringatan. Kalau menunjukkan warna merah biasanya tekanan 18 psi atau 0.8 bar. Harus istirahat kalau sudah ada peringatan,” terang Krisna.
Kondisi ban mobil menjadi sangat penting. Akan berbahaya bila tekanan ban berubah karena panas. Sebuah kondisi yang acapkali diabaikan pengemudi, terlebih melaju di jalan tol dengan kecepatan tinggi, dan waktu yang lama.
Pakar ban, atau Tire & Rim Consultant, dan Trainer Defensive Driving, Bambang Widjanarko menjelaskan, banyak kecelakaan di jalan tol terjadi karena banyak hal. Mulai dari ban meledak, rem blong, dan mengantuk. Faktor terpentingnya, jangan abai pada tekanan angin pada ban.
Produsen tidak pernah memberikan kepastian angka mati terkait tekanan angin ini. Sebab semuanya harus menyesuaikan dengan beban muatan yang akan ditanggung oleh ban tersebut.