MARAKNYA pembelajaran daring atau online yang diipilih insititusi Pendidikan di tanah air paska Covid-19 dua tahun terakhir adalah salah satu cara mengurangi learning loss akibat ditutupnya perguruan tinggi selama 4 semester.
Beberapa hasil kajian menunjukkan bahwa mode pembelajaran daring mengakibatkan tidak terpenuhinya capaian pembelajaran mata kuliah (CPMK), yang berefek pada kurang terpenuhinya capaian pembelajaran lulusan (CPL).
Pada perguruaan tinggi, hal ini tentunya akan mengurangi kualitas lulusan, tuntutan kompetensi di dunia industri tidak tercapai sehingga banyak lulusan yang menganggur.
Kondisi seperti ini bak dirasa keluar dari mulut harimau dan masuk ke mulut buaya, yaitu berkurangnya learning loss akibat pandemi tetapi memunculnya learning loss akibat penggunaan tehnologi digital pada mode pembelajaran daring yang kurang sesuai.
Sinyal terputus, sinyal yang tidak stabil pada waktu kuliah, mata kuliah yang tidak bisa mencapai capaian pembelajaran mata kuliah adalah beberapa catatan kekurangan perkuliahan daring selama ini.
Model ini biasa kita sebut sebagai pembelajaran synchronous learning, pembelajaran dimana mahasiswa dan dosen saling tatap muka dalam kelas pada waktu yang bersamaan.
Pembelajaran synchronous learning seperti pembelajaran di kelas yang menggunakan media aplikasi zoom, google meet, Webex dan banyak lagi lainnya, memerlukan keahlian dosen yang tinggi dalam mengoperasionalkan teknologi digital agar sama seperti ketika pembelajaran secara luring di kelas.
Kemampuan yang harus dimiliki dosen antara lain adalah seperti kemampuan berbicara berkomunikasi menggunakan media digital dengan mahasiswa, kemampuan mengoperasikan minimal software powerpoint, word, excell.
Baca Juga: Semakin Banyak Tempat Wisata di Kabupaten Semarang, Siap Sambut Libur Natal dan Tahun Baru
Belum lagi menggunakan software whiteboard, mengatur virtual background agar mahasiswa tidak gagal fokus, mengoperasikan audio dan visual effect.
Kemudian, yang menjadi tantangan adalah membangkitkan suasana kelas agar academic atmosphere di seluruh mahasiswa sebagai audience.
Yang paling utama kemampuan mengendalikan diri selama minimal 100 menit (setara 2 SKS) duduk dan berbicara terus menerus dan tetap fokus dengan suasana kelas virtual.
Beberapa pakar kesehatan mengatakan ada batas tubuh manusia untuk menahan sesuatu dalam waktu yang lama seperti di depan komputer atau laptop hanya 1-2 jam per hari.
Artikel Terkait
Digitalisasi Perguruan Tinggi untuk Atasi Learning Loss Generation
Spirit Muktamar Muhammadiyah: Hikmah, Edukasi, dan Dialogis Keumatan
Gempa Merusak di Darat Itu Makin Nyata dan Perlu Diwaspadai
Ancaman Senyap Asap Rokok
Fintech Syariah, Sang Primadona Transformasi Digital