Terjadi pergeseran, atau lebih tepat, perubahan kebijakan yang sangat cepat terkait vaksin dan program vaksinasi. Perubahan kebijakan itu bukan saja terlihat pada penghapusan syarat domisili untuk memperoleh vaksin, namun sudah tampak sejak awal kemunculan vaksin. Pertama kali tentu terkait kebijakan distribusi dan jenis vaksin. Kemudian, berubah lagi terkait usia penerima vaksin.
Pada awalnya, pemerintah memutuskan prioritas untuk usia dewasa produktif. Kemudian, terjadi revisi dengan memasukkan kelompok usia lansia untuk berhak divaksin. Perubahan itu saja sudah menimbulkan penambahan jumlah dosis vaksin dan tentu saja anggaran yang membengkak Rp 70 triliun. Seiring dengan ledakan Covid-19 di beberapa provinsi, pemerintah pun menghapus syarat domisili.
Program vaksinasi juga dipercepat dan diperluas. Sentra-sentra vaksinasi diberdayakan dengan menggandeng berbagai pihak. Bahkan, program vaksinasi juga telah dilaksanakan di posyanduposyandu di tingkat Rukun Warga. Percepatan dan perluasan itu diharapkan dapat mempercepat capaian target herd community dan menjawab ancaman serangan Covid-19 yang makin mengganas.
Perubahan kebijakan dalam hal vaksinasi patut diapresiasi. Situasi kasus Covid-19 masih terus bergerak dan membutuhkan antisipasi yang cepat dan tepat. Ketepatan kebijakan publik terkait pandemi akan lebih dijamin apabila konsisten berdasarkan paradigma keilmuan. Sains seharusnya menjadi panglima dan kelompok epidemiolog harus tampil di depan memimpin strategi menghadapi Covid.
Pendekatan sains terbukti sangat membantu beberapa negara dalam penanganan pandemi. Sains di sini tentu tidak hanya melulu pada bidang medis dan biomedis, tetapi juga bidangbidang terkait, salah satunya adalah komunikasi. Komunikasi pandemi masih menjadi pekerjaan berat pemerintah mengingat literasi masyarakat yang masih rendah sudah dikacaukan dengan banjir informasi.
Berdasarkan bukti ilmiah pula, saat ini sedang dikaji vaksinasi untuk kelompok usia anak-anak. Sekali lagi, tuntutan itu harus dijawab dengan pendekatan sains. Memandang pandemi sebagai sebuah kesempatan dengan pendekatanpendekatan di luar sains, apalagi politik populisme, hanya akan mempersulit berbagai upaya menangani pandemi. Kita semua sedang belajar ilmu baru, ilmu pandemi.