Menangkal Ancaman Learning Loss

Red
- Selasa, 22 Juni 2021 | 02:06 WIB
Tajuk Rencana
Tajuk Rencana

Pandemi Covid-19 tampaknya belum akan hilang. Tentu saja ini berdampak bagi apa pun, termasuk dunia pendidikan.

Pembelajaran sebagai bagian dari pendidikan masih harus dilakukan dengan sistem dalam jaringan (daring) sehingga belum bisa mendapatkan hasil yang maksimal.

Kemdikbud bahkan yakin 50 persen lebih pembelajaran jarak jauh tidak efektif. Siswa tampak tak mampu memenuhi stadar kompetensi yang diharapkan. Karena itulah, sistem pembelajaran harus dibenahi.

Jika perlu diubah. Rektor Universitas PGRI Dr Muhdi mengusulkan pelaksanaan pembelajaran tatap muka, meskipun dalam konsep yang terbatas, janganlah ditunda- tunda lagi.

Alasannya: toh pernah diuji coba dan hasilnya bagus. Selain itu vaksinasi sudah diterima oleh pengajar, karyawan, dan dosen sehingga pembelajaran relatif bisa dilakukan.

Jika pembejaran tatap muka tidak segera dilaksanakan siswa akan kehilangan momentum pembelajaran tatap muka yang berkualitas dan bermakna atau learning loss. Tentu sangat mengerikan jika learning loss tidak diatasi.

Thio Hok Lay, pengamat pendidikan mengusulkan agar desain pembelajaran mengacu kepada kebutuhan siswa. Selain itu, orientasi dan prioritas belajar bukan lagi menuntaskan kurikulum melainkan lebih memastikan bahwa setiap peserta didik diberdayakan secara mandiri untuk menghubungkan konten pelajaran dengan praktik dan pengalaman konkret dalam kehidupan sehari-hari.

Dalam bahasa sehari-hari, pembelajaran itu tak boleh hanya mengejar hal-hal yang teoritis. Lalu sistem apa yang memungkinkan kita mendapatkan pembelajaran yang berkualitas dan bermakna?

Dulu pernah disarankan agar kita menggunakan project based learning. Metode ini memberikan pelatihan kepada pelajar untuk lebih bisa berkolaborasi, gotong royong, dan empati dengan sesama.

Siswa bekerja sama dengan siswa lain untuk mengerjakan tugas-tugas yang dilakukan oleh guru. Hanya, metode ini cuma bisa dilakukan di zona kuning atau hijau yang memungkinkan anak-anak bertemu dengan aman dan nyaman.

Pernah juga disarankan menggunakan metode daring. Ini dianggap tak efektif. Karena itu mesti dicoba metode luring. pembelajaran yang satu ini dilakukan secara tatap muka dengan memperhatikan zonasi dan protokol kesehatan yang berlaku.

Metode ini bisa dilakuan di kawasan yang para pelajarnya tak memiliki sarana dan prasarana yang mendukung sistem daring.

Hanya yang harus dimengerti oleh penyelenggara dan pembelajar, mereka harus menjalankan protokol kesehatan secara ketat.

Ada metode yang lain, yakni home visit. Ada juga yang menamakan ini metode guling atau guru keliling. Ini seperti home schooling karena pengajar datang ke rumah para pembelajar.

Ini juga tak bisa dilakukan dengan leluasa karena jumlah kasus Covid-19 masih sangat tinggi. Cara ini harus dilakukan, terutama di daerah-daerah yang para pembelajarnya tak memiliki perangkat teknologi untuk menjalankan pembelajaran daring. Yang paling efektif, perlu kita perlu menjalankan kurikulum terpadu dan blended learning (dua metode sekaligus).

Halaman:

Editor: Teguh Wirawan

Tags

Terkini

Tarik Ulur Proporsional Terbuka dan Tertutup

Selasa, 21 Maret 2023 | 08:51 WIB

Mixue, Es Puter dan Es Tung Tung

Sabtu, 18 Maret 2023 | 21:42 WIB

Jalan Terjal Menuju Pemilu 2024

Sabtu, 11 Maret 2023 | 13:15 WIB

HUT Ke-73 Tahun Suara Merdeka: Adaptif-Inovatif

Sabtu, 11 Februari 2023 | 05:40 WIB

Satu Abad Nahdlatul Ulama

Selasa, 7 Februari 2023 | 13:34 WIB

Berharap pada Media Massa, Mungkinkah?

Senin, 30 Januari 2023 | 11:30 WIB

Medical Tourism, Indonesia Mengejar Ketertinggalan

Kamis, 19 Januari 2023 | 20:37 WIB

Kotak Suara Berbahan Dupleks untuk Pemilu 2024

Rabu, 18 Januari 2023 | 11:12 WIB

PR Penanganan Banjir

Senin, 9 Januari 2023 | 08:48 WIB

Program Pena Kemensos Dorong Perekonomian Masyarakat

Rabu, 28 Desember 2022 | 15:34 WIB
X