BERPULUH tahun yang lalu pada masa rezim orde baru masih ingat sekitar tahun 1975 negara ini "diguncang" kelompok sosial ibu-ibu yang dihadirkan dalam organisasi-organisasi sosial kemasyarakatan.
Masih lekat dalam ingtan tentang gencarnya propaganda pemerintah rezim Soeharto tentang organisasi Dharma Wanita, PKK, dan organisasi lain.
Kesemuanya diawaki oleh kaum ibu. Hal itu digambarkan oleh Julia Surya Kusuma (1996) sebagai ideologi ibuisme. Perempuan diangap sebagai agen penting dalam keluarga karena dipandang keluarga sebagai Lembaga yang fundamental.
Baca Juga: Catatan Awal Tahun untuk Bupati Blora: Warga Menanti Realiasi 'Janji' Dalan Alus
Saat ini, berpuluh tahun kemudian tampaknya konsep ibuisme ini masih dipertahankan.
Pada Rezim orde baru "dikobarkanlah" semangat partisipasi perempuan dalam pembangunan yang begitu menggelora.
Dari tingkat pusat sampai perdesaan organisasi PKK dan Dharma Wanita seperti menjadi tulang punggung tereselnggaranya sebuah kehidupan bernegara.
Baca Juga: Negeri-negeri Ambon Manise untuk Indonesia
Oleh karenanya peran kaum perempuan menjadi begitu penting dalam perpolitikan nasional.
Peran perempuan harus didefinisikan menurut konstruksi resmi oleh negara.
Artikel Terkait
AlumniTalk Hari Ibu: Merdeka Belajar Akan Tingkatkan Kemampuan Mahasiswa
Peringati Hari Ibu, Dharma Wanita Balai Bahasa Jateng Bedah Buku ‘Perempuan-Perempuan Tanpa Topeng’
Dukung Pergerakan Ibu Membuka Akses Pangan, FOI Gelar AIT II