DALAM hitungan menit, suara sirene ambulans terus meraung hilir mudik di jalan raya.
Siapa lagi mereka yang jadi korban Covid-19? Itulah atmosfer keseharian sekitar lebih dari setahun ini.
Haru biru pun terasa menyesaki dada. Antara sedih, cemas, putus asa, paraonia, dan kosong tanpa harapan, dirasakan Ki Totok Pamungkas, salah seorang pekerja seni tradisi yang namanya cukup kondang di Jawa Tengah.
Kondisi ini sangat antitesis dengan perangainya yang periang, kocak, cerdas dan banyak ide.
Sungguh ia layaknya "mesin penghibur" di panggung seni tradisi seperti wayang orang atau ketoprak.
Maklum, profesi Ki Totok adalah pemain wayang pengusung karakter Bagong pada Punakawan grup Wayang Orang Ngesti Pandowo Semarang.
Tawa dan keriangan sang Bagong itu ternyata tidak berarti apa-apa, tatkala menghadapi pagebluk (disease period) bernama Covid-19.
Bagong pun terpuruk tak berkutik dengan adanya pelarangan semua kegiatan pementasan, menyusul "lockdown" diberlakukan di mana-mana.
Tiga bulan pertama sejak pagebluk Covid-19 diumumkan melanda Indonesia sebagai pandemi pada pertengahan Maret 2020, adalah saat-saat paling menyedihkan.
Baca Juga: Pengembangan Kawasan Queen City Mall, Potensi Serap Banyak Tenaga Kerja
"Selama itu saya hanya terkungkung di rumah. Tidak berani pergi ke mana-mana. Tidak ada job pentas sama sekali. Tidak ada pemasukan, padahal keluarga harus tetap makan," kata Ki Totok Pamungkas mengenang.
Menyadari dirinya sebagai seniman tulen, situasi itu harus ditelan dengan pahit.
Artinya tidak ada "panggaotan" atau pekerjaan lain, diluar main wayang sungguh membuatnya tak berkutik.
Dampak "lockdown" itu benar-benar seperti palu godam yang menggedor zona nyamannya.
Artikel Terkait
Pameran Lentik Lenting, Beragam Karya Seni dari Beberapa Perguruan Tinggi Disajikan
Seni Tradisi Sesuatu yang Pakem, Terpancang pada Struktur dan Pola yang Baku
Lewat Tajuk 'Hompimpa', BEM FSRD ISI Surakarta Unjuk Kreativitas dalam Kampung Seni
Unnes Pamerkan 469 Karya Seni Lukis Aparel 31 Negara, Pecahkan Rekor Dunia
Punya Talenta Seni Budaya dan Potensi, Modelling School Turut Dongkrak Pariwisata