IDUL ADHA identik dengan meningkatnya konsumsi daging sapi dan kambing. Ada berbagai masakan olahan daging mulai dari gulai, sate, rendang, sop dan menu lainnya. Daging mengandung beragam gizi penting yang dibutuhkan oleh tubuh seperti protein, lemak, zink, zat besi, dan beberapa vitamin.
Kandungan lemak dalam daging sapi dan daging kambing ada perbedaan. Berdasarkan data Kemenkes RI, dalam 100 gram daging sapi mengandung lemak total 14 gram dan kolesterol 70 mg. Sedangkan, dalam 100 gram daging kambing mengandung lemak total 9,2 gram dan kolesterol 70 mg. Pada dasarnya, kolesterol merupakan zat gizi yang kita butuhkan untuk membangun dinding sel tubuh, memperlancar metabolisme di dalam tubuh dan membuat berbagai hormon seperti hormon wanita estrogen dan hormon pria testosteron.
Mengonsumsi daging yang berlebihan selama berhari-hari, ditambah lagi menu diolah dengan penambahan santan dan digoreng dapat menimbulkan dampak buruk bagi kesehatan, satu diantaranya adalah timbulnya penyakit kolesterol tinggi. Penyakit ini terjadi karena kandungan lemak di dalam daging yang dalam jumlah banyak dapat menempel pada dinding arteri pembuluh darah sehingga aliran darah tidak lancar.
Penyakit kolesterol tinggi pada tahap awal tidak bergejala. Namun, selanjutnya akan terasa sakit kepala, rasa kaku tidak nyaman di tengkuk, kesemutan atau kebas terutama di tangan dan kaki serta nyeri di dada. Oleh sebab itu kadar kolesterol dalam tubuh perlu dicek secara berkala paling tidak setiap lima tahun sekali. Hal ini sesuai dengan rekomendasi beberapa asosiasi kesehatan. Kadar kolesterol normal adalah 200 mg/dL, di atas angka tersebut maka disebut kolesterol tinggi.
Pencegahan dan Penanganan
Pencegahan dan penanganan penyakit kolesterol tinggi dapat dilakukan dengan pola makan yang sehat. Selain porsi konsumsi daging yang tepat, juga perlu diimbangi dengan mengkonsumsi zat yang dapat menurunkan kadar kolesterol berlebih di dalam tubuh. Zat ini dapat berupa bahan alami dan obat sintetik.
Bahan alami yang berkhasiat menurunkan kadar kolesterol tubuh banyak terdapat dalam tanaman herbal yang terhampar di negara kita Indonesia. Tanaman herbal yang biasa dimanfaatkan secara empirik atau turun temurun biasanya yang bersifat mudah diolah untuk masakan atau mudah disajikan misalnya direbus atau dimakan langsung.
Contoh tanaman herbal ini adalah daun kelor, bayam merah, daun salam, kacang panjang dan kunyit. Pada saat ini, telah dilakukan berbagai penelitian untuk memberikan bukti ilmiah tentang khasiat tanaman herbal dan hasilnya telah dipublikasikan pada jurnal yang berreputasi sehingga menambah tingkat kepercayaan masyarakat akan khasiatnya.
Tanaman herbal yang berkhasiat mengatasi kolesterol tinggi yaitu daun kelor, bayam merah, kacang panjang, daun salam dan kunyit. Daun kelor sejak dulu telah dimanfaatkan oleh masyarakat Indonesia untuk pengobatan tradisional dengan cara direbus dan dibuat sayur bening. Daun kelor saat ini telah banyak diteliti dan telah menghasilkan berbagai produk suplemen kesehatan. Daun kelor mengandung saponin, flavonoid, sitosterol dan minyak atsiri.
Penelitian yang dilakukan oleh Dwitiyanti dkk. (2015) yang dipublikasikan dalam Jurnal Pharmacy menunjukkan bahwa ekstrak daun kelor mampu menurunkan kadar kolesterol total pada hewan percobaan. Beberapa penelitian sejenis juga menghasilkan data yang sesuai. Kemampuan ini diduga kuat karena peran sitosterol di dalamnya yang mampu meningkatkan fungsi usus untuk menyerap kolesterol sehingga kadar di dalam darah dapat diturunkan.