Berempati lewat Pemotongan Gaji

Red
- Selasa, 5 Mei 2020 | 00:11 WIB

Ada banyak cara yang bisa dilakukan untuk menolong sesama pada masa pandemi Covid-19. Salah satu yang bisa dilakukan adalah memotong gaji para aparatur sipil negara (ASN) hingga 50 persen untuk disumbangkan kepada siapa pun yang terdampak serangan virus korona. Gubernur Ganjar Pranowo adalah sosok yang mengusulkan pemotongan gaji itu. Ide ini didukung oleh Sekretaris Serikat Pekerja Seluruh Indonesia (SPSI) Jateng, Syariful Imaduddin dan Presiden Konfederasi Buruh Seluruh Indonesia, Elly Rosita Silaban.

Mengapa Ganjar memiliki ide semacam ini? Dia mengharapkan dengan pemotongan gaji itu ASN memiliki spirit berbagi saat negara dalam kondisi krisis. Dalam ungkapan lain, Ganjar tampaknya menginginkan ASN tidak hanya menjadi sosok yang diberi oleh negara, melainkan juga menjadi sosoksosok yang menyokong anggaran untuk negara. Negara perlu dibantu ketika situasi kian tak memungkinkan negara mendanai segala kebutuhan rakyatnya. Negara tak boleh dirundung malang sendirian.

Ide ini jelas sangat relevan. Menurut Enny Sri Hartati, peneliti senior Institute for Development of Economic anda Finance (Indef) ide Ganjar ini sangat dibutuhkan dan telah dilakukan di berbagai negara Eropa dan negara-negara lain di dunia. Kita akan menjadi makhluk-makhluk yang berempati kepada sesama jika bersedia melakukan. Kini ASN-lah yang diberi kesempatan menjadi makhluk- makhluk yang menebar empati kepada siapa pun yang sedang menderita akibat serangan Covid-19 itu.

Mengapa kali ini kita berharap kepada ASN? Dalam pandangan Sariful, kondisi ASN dinilai paling stabil. Tidak ada yang di-PHK. Tidak ada yang telantar akibat serangan virus korona. Dibandingkan dengan para buruh, kondisi ASN dinilai lebih baik. Karena itulah, tidak terlalu bermasalah jika ada pemotongan gaji para ASN. ASN sebagaimana karyawan perusahaan lain, sebaiknya memang menebarkan rasa empati. Jangan sampai pemotongan gaji hingga 50 persen itu dianggap sebagai penindasan atau lebih kasar lagi perampasan oleh negara.

Apakah kontribusi ASN cukup besar? Jika percaya pada hitungan Ganjar, kontribusi ASN, berapa pun nilainya, sangatlah besar. Jika kontribusi yang sangat besar ini tidak dimanfaatkan dan dikelola dengan baik, tentu bakal menimbulkan kemubaziran. Tak pelak lagi, ide Ganjar ini harus segera direspons dengan sebaik-baiknya. Hanya, agar tidak menimbulkan semacam pemaksaan, ada baiknya ASN sendirilah yang berinisiatif memotong gaji. Perihal jumlah, juga sebaiknya diserahkan kepada para ASN.

Mungkin sebagian orang berpendapat sebaiknya jumlah yang dipotong diseragamkan saja. Memang praktis jika seragam, akan tetapi ada problem “keikhlasan” yang harus diselesaikan. Tak semua ASN akan rela dipotong hingga 50 persen. Mereka berhak tidak rela karena memang tidak ada aturan yang mengharuskan mereka menyumbangkan 50 persen gaji mereka untuk membantu siapa pun yang terdampak Covid-19. Jadi, sekali lagi, agar keikhlasan muncul biarlah nilai pemotongan gaji itu ditentukan sendiri oleh para ASN.

Editor: Teguh Wirawan

Tags

Terkini

Pancasila dan Imajinasi Ke-Indonesia-an

Jumat, 2 Juni 2023 | 08:10 WIB

Gelombang Budaya Glam dalam Musik Pop

Rabu, 31 Mei 2023 | 21:01 WIB

Pro Kontra Masyarakat Soal Coldplay

Sabtu, 20 Mei 2023 | 16:26 WIB

Kualitas Terselubung Gus Yaqut

Sabtu, 13 Mei 2023 | 08:24 WIB

Kemajuan Iptek di Dunia Islam

Kamis, 11 Mei 2023 | 17:41 WIB

Elektabilitas PPP dan Duet Ganjar-Sandi

Jumat, 28 April 2023 | 08:45 WIB

Muruah Kopiah Ganjar

Rabu, 26 April 2023 | 11:24 WIB

Pansos Demi Popularitas

Rabu, 26 April 2023 | 05:20 WIB

Kenapa Orang Suka Berpuasa?

Senin, 24 April 2023 | 20:43 WIB

Pemilu: Partai Kebobolan, Rakyat Kemalingan

Minggu, 23 April 2023 | 07:54 WIB
X