Standar Pembelajaran Tatap Muka

Red
- Jumat, 17 September 2021 | 00:00 WIB
Logo SM (b01m)
Logo SM (b01m)

TAJUK RENCANA

Sekitar tiga minggu sudah Pembelajaran Tatap Muka secara terbatas di berbagai wilayah negeri ini berlangsung. Pandemi yang terjadi sejak Maret tahun lalu telah menjadi ancaman dalam pengembangan sumber daya manusia, karena pendidikan belajar- mengajar tidak bisa berjalan optimal. Pembelajaran jarak jauh dinilai tidak bisa sepenuhnya mengasah rasa dan karsa, sehingga memunculkan learning loss. Namun, pandemi juga telah memberi percepatan dalam pemanfaatan teknologi informasi.

Kemajuan teknologi memang perlu dimanfaatkan untuk mengatasi berbagai kendala. Pembelajaran daring yang merupakan efek dari kecanggihan teknologi komunikasi dan informasi bisa dianggap sebagai bagian mempersiapkan peserta didik memasuki era Revolusi Industri 4.0. Era itu sebenarnya juga menuntut kemampuan komprehensif yang sayangnya tidak bisa didapatkan secara memadai tanpa Pembelajaran Tatap Muka. Wajar bila banyak kalangan cemas terhadap efek jangka panjang pembelajaran daring.

Metode itu juga telah mengubah kehidupan anak-anak karena mereka relatif terisolasi di rumah. Mereka telah kehilangan untuk hak bermain dan bersosialisasi. Padahal masa depan mereka akan banyak ditentukan oleh kegiatan akademik berkualitas dan aktivitas-aktivitas ekstrakurikuler di sekolah. Badan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang membidangi persoalan anak-anak, UNICEF, menyebutkan 168 juta pelajar kehilangan Pembelajaran Tatap Muka akibat penutupan sekolah-sekolah.

Penurunan kualitas belajarmengajar memang telah menjadi persoalan global. Hal itu merupakan konsekuensi dari Covid-19 yang telah menjadi pandemi. Meskipun penurunan kasus aktif terjadi, pandemi belum bisa dipastikan kapan akan berakhir. Terlebih ancaman mutasi virus juga membayangi. Kemunculan varian delta memperparah bencana kesehatan yang terjadi. Efeknya adalah gelombang kedua serangan Covid-19 pada Juli lalu. Saat itu fasilitas-fasilitas kesehatan terasa sangat kurang.

Peristiwa tersebut menuntut peningkatan kehati-hatian, meskipun Pembelajaran Tatap Muka sangat dibutuhkan agar usia emas dari generasi bangsa pada masa depan bisa terasah dengan baik. Evaluasi perlu terus dilakukan, termasuk dalam strategi mitigasinya. Baik itu di level mikro maupun makro. Dengan panduan yang lengkap, mereka yang terlibat di bidang pendidikan diharapkan bisa mengimplementasikan materi-materi yang dibutuhkan para peserta didik, dengan tingkat keamanan yang tinggi.

Intensitas Pembelajaran Tatap Muka membutuhkan standar, yang tentu disesuaikan dengan perkembangan penanganan pandemi. Kehati-hatian harus diutamakan agar sekolah tidak menjadi klaster baru penularan Covid-19. Deteksi populasi warga sekitar sekolah yang sudah divaksin dibutuhkan sebagai bagian dari data yang bisa digunakan sebagai indikator dalam menentukan intensitas Pembelajaran Tatap Muka. Tentu pengkajiannya akan ditentukan pula oleh perkembangan berbagai data lainnya.

Editor: Imron Rosadi

Tags

Terkini

Tarik Ulur Proporsional Terbuka dan Tertutup

Selasa, 21 Maret 2023 | 08:51 WIB

Mixue, Es Puter dan Es Tung Tung

Sabtu, 18 Maret 2023 | 21:42 WIB

Jalan Terjal Menuju Pemilu 2024

Sabtu, 11 Maret 2023 | 13:15 WIB

HUT Ke-73 Tahun Suara Merdeka: Adaptif-Inovatif

Sabtu, 11 Februari 2023 | 05:40 WIB

Satu Abad Nahdlatul Ulama

Selasa, 7 Februari 2023 | 13:34 WIB

Berharap pada Media Massa, Mungkinkah?

Senin, 30 Januari 2023 | 11:30 WIB

Medical Tourism, Indonesia Mengejar Ketertinggalan

Kamis, 19 Januari 2023 | 20:37 WIB

Kotak Suara Berbahan Dupleks untuk Pemilu 2024

Rabu, 18 Januari 2023 | 11:12 WIB

PR Penanganan Banjir

Senin, 9 Januari 2023 | 08:48 WIB

Program Pena Kemensos Dorong Perekonomian Masyarakat

Rabu, 28 Desember 2022 | 15:34 WIB
X