"Di Indonesia itu sebenarnya menyangkut kesenjangan ekonomi dan pertentangan kultural, tak punya akses kuat, orang merasa dimiskinkan sistem, memperkuat mereka mengelompok, mendorong proses perbedaan yang lebih mengarah pendekatan politik identitas," katanya.
Politik identitas yang sudah berlangsung belakangan ini lebih mengarah kepada agama. Kecenderungan untuk digunakan kembali pada ajang Pilkada pun masih terbuka sekali pun sebenarnya ada tiga elemen yang menopang keberadaan politik identitas tersebut yakni identitas agama, status sosial, dan lintas kelas.
"Tapi di Indonesia, politik identitasnya lebih banyak karena faktor agama. Tinggal bagaimana negara bisa mengelolanya, karena ini isu sensitif, karena kalau pada 2022 ada Pilgub, maka posisi politik ini jadi isu yang seksi sekali, yang dilihat banyak orang," kata Muradi.